Peretas Iran Ancam Bocorkan Email Lingkaran Donald Trump
Peretas Iran yang mengaku bernama Robert mengancam akan membocorkan 100 GB email dari lingkaran Donald Trump usai gencatan senjata Teheran-Israel. Iran juga memperingatkan Ukraina atas dukungannya terhadap AS dan Israel.

Kelompok peretas asal Iran kembali beraksi tak lama setelah tercapai kesepakatan gencatan senjata antara Teheran dan Israel. Peretas yang menggunakan nama samaran Robert itu mengklaim telah berhasil membobol dan mengambil sekitar 100 gigabyte email dari akun kepala staf Gedung Putih, serta dari pengacara dan penasihat khusus Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat.
Dikutip dari The Times of Israel, Robert menyatakan akan menjual materi tersebut, meskipun belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai isi maupun rencana distribusinya. Ancaman ini memicu reaksi keras dari Jaksa Agung AS, Pambondi, yang menyebut tindakan peretas Iran sebagai serangan siber yang tidak bermoral. Meskipun begitu, pemerintah Teheran membantah keterlibatan mereka dalam spionase siber.
Nama Robert sendiri bukan baru terdengar. Ia telah muncul sejak bulan-bulan terakhir kampanye Pilpres AS 2024, saat itu mengklaim telah meretas email beberapa sekutu politik Donald Trump dan menyebarkannya kepada wartawan.
Sementara itu, ketegangan antara Iran dan Ukraina meningkat. Iran dikabarkan memanggil kuasa usaha Ukraina, Kirilo Posinaikov, sebagai bentuk protes resmi atas pernyataan dukungan Ukraina terhadap serangan yang dilakukan Amerika Serikat dan Israel terhadap Iran. Dalam pemanggilan tersebut, Teheran memperingatkan bahwa jika Ukraina terus mendukung aksi militer AS dan Israel, negara itu akan menerima konsekuensi serius. Iran menuding dukungan Ukraina sebagai tindakan permusuhan dan provokatif yang terus berulang.
Hubungan semakin memanas setelah dilaporkan lima warga negara Ukraina tewas akibat serangan rudal balistik Iran ke Israel pada 14 Juni 2025. Salah satu korban merupakan keluarga dari desa Odesa yang tengah berada di Israel untuk menjalani perawatan medis. Mereka tewas ketika rudal Iran menghantam rumah tempat mereka tinggal.
Dalam perkembangan lain, kapal-kapal perusak Amerika Serikat yang dikerahkan ke Laut Mediterania Timur berhasil mencegat sejumlah rudal balistik Iran selama konflik berlangsung. Menurut laporan Navy Times, lima kapal perang AS—Thomas Hner, Bog, The Sullivans, Oscar Austin, dan Paul Ignosius—menggunakan sistem senjata otomatis IGIS untuk menahan serangan udara Iran dan memberikan perlindungan kepada Israel.
Komando Pusat AS menegaskan bahwa Iran tetap menjadi ancaman besar terhadap keamanan regional, bahkan setelah perang selama 12 hari dengan Israel dinyatakan berakhir. Hingga kini, pihak Iran belum memberikan tanggapan resmi terkait klaim bahwa rudal-rudal balistiknya berhasil dicegat oleh Amerika Serikat.
What's Your Reaction?






