Kontroversi Pengungsi Berkulit Putih Ramai-ramai Masuk Amerika, Ini Peran Elon Musk

Kebijakan kontroversial Trump memprioritaskan pengungsi Afrikaner kulit putih dari Afrika Selatan, memicu tuduhan diskriminas

May 14, 2025 - 13:37
May 14, 2025 - 14:17
 0
Kontroversi Pengungsi Berkulit Putih Ramai-ramai Masuk Amerika, Ini Peran Elon Musk

Jakarta, 14 Mei 2025 – Amerika Serikat menyambut 59 pengungsi kulit putih dari Afrika Selatan, mayoritas Afrikaner keturunan Belanda, di Bandara Internasional Dulles. Mereka adalah gelombang pertama dari rencana kedatangan ribuan Afrikaner, yang diterima melalui perintah eksekutif Presiden Donald Trump. Trump menyebut mereka melarikan diri dari “diskriminasi rasial”. Kebijakan ini memicu kontroversi, dengan spekulasi keterlibatan Elon Musk, miliarder kelahiran Afrika Selatan, dalam mendorong narasi yang mendukung perlakuan istimewa ini.

Mengapa Pengungsi Kulit Putih Ramai-ramai Meninggalkan Afrika Selatan?

Afrikaner, keturunan pemukim Eropa sejak abad ke-17, pernah berkuasa selama apartheid hingga 1994. Pasca-apartheid, reformasi tanah di Afrika Selatan, termasuk undang-undang 2025 yang memungkinkan pengambilalihan tanah tanpa kompensasi, diklaim menargetkan petani kulit putih. Pemerintahan Trump menyebut “serangan peternakan” sebagai bukti persekusi, meski pemerintah Afrika Selatan membantah keras narasi ini.

“Afrikaner tetap kelompok kaya. Narasi ‘genosida kulit putih’ adalah distorsi,” kata Chrispin Phiri, juru bicara Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan, dikutip Reuters.

Kebijakan Kontroversial Trump dan Peran Elon Musk

Februari 2025, Trump menandatangani perintah eksekutif yang memprioritaskan pengungsi Afrikaner. Aplikasi mereka diproses dalam tiga bulan dengan penerbangan khusus, sementara program pengungsi lain, seperti dari Suriah atau Myanmar, dihentikan. Narasi “diskriminasi rasial” terhadap Afrikaner selaras dengan pandangan Elon Musk, imigran Afrikaner kelahiran Pretoria. Musk kerap mengkritik reformasi tanah Afrika Selatan di X, menyebutnya “diskriminasi terbalik”. Postingannya pada 2024 tentang “serangan peternakan” diyakini memengaruhi opini konservatif AS, termasuk Trump, meski tidak ada bukti langsung keterlibatan resminya.

“Musk membingkai Afrikaner sebagai korban, mengabaikan konteks apartheid,” kata analis politik Zakes Mda kepada BBC.

“Memprioritaskan pengungsi kulit putih adalah diskriminasi nyata,” ujar Laura Thompson Osuri dari Homes Without Borders, saat berunjuk rasa di Dulles, dilansir CNN.

Respon Warga Amerika

Biasan sinis terhadap kedatangan pengungsi dari negara lain, kebijakan ini memecah warga AS. Pendukung Trump, dipengaruhi narasi Musk di X, memuji langkah ini sebagai kemanusiaan, dengan akun seperti @PatriotVoice memujinya di X. Namun, aktivis pengungsi memprotes, menyebut Afrikaner bukan pengungsi sejati. Unjuk rasa di Dulles menampilkan spanduk “Keadilan untuk Semua Pengungsi”. Banyak warga bingung mengapa Afrikaner diprioritaskan dibandingkan pengungsi dari zona perang.

Perlakuan Amerika Pada Pengunngsi dari Negara Lain

Afrikaner mendapat proses cepat, berbeda dengan pengungsi Palestina, Rohingya, atau Bangladesh. Pengungsi Palestina terhambat isu politik pro-Israel, meski didukung kelompok progresif. Rohingya, korban genosida, diterima dalam jumlah kecil dengan proses lambat. Migran Bangladesh, yang kabur dari kemiskinan, sering dianggap migran ilegal. Perlakuan istimewa Afrikaner memicu tuduhan ketidakadilan.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0