Solo, 18 Juli 2025 – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi meluncurkan logo baru berupa gajah berkepala merah dan badan hitam menjelang Kongres Nasional pertama mereka di Solo, Jawa Tengah, pada 19-20 Juli 2025. Perubahan ini menggantikan logo bunga mawar yang selama ini identik dengan partai, menandai langkah strategis untuk memperkuat identitas PSI sebagai partai yang bijaksana, kuat, dan inklusif.
Makna Simbol Gajah Pada Logo PSI
Jakarta, 18 Juli 2025 - Plt. Ketua Umum PSI, Andy Budiman, menjelaskan bahwa gajah dipilih karena melambangkan kebijaksanaan, kekuatan, dan solidaritas, nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam visi partai. “Gajah tidak pernah lupa. Kami ingin PSI dikenal sebagai partai yang setia pada rakyat dan berpijak pada kebijaksanaan,” ujar Andy dalam konferensi pers di Solo, Kamis (17/7/2025). Logo ini juga diperkenalkan bersama jargon baru, “Partai Super Terbuka (Tbk),” yang menegaskan komitmen PSI untuk menjadi partai yang terbuka bagi semua kalangan.
Dukungan Jokowi dan Kaesang
Peluncuran logo baru ini mendapat perhatian khusus karena keterlibatan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang dengan antusias memamerkan jaket PSI dengan logo gajah di lengan. “Saya kira ini langkah bagus. Sebuah brand harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman, seperti perusahaan yang berinovasi,” kata Jokowi di Solo, Jumat (18/7/2025). Kehadiran Jokowi bersama putra bungsunya, Kaesang Pangarep, yang menjabat Ketua Umum PSI, menambah dimensi emosional, mencerminkan dukungan keluarga terhadap transformasi partai.
Kaesang, yang memimpin PSI sejak September 2023, memperkenalkan logo baru ini dalam konsolidasi kader di Brebes, Jawa Tengah. Meski enggan menjelaskan detail makna logo—“Tanyakan ke Dewan Pembina,” ujarnya singkat—ia menegaskan bahwa logo gajah mencerminkan semangat baru PSI untuk menjadi relevan di panggung politik nasional.
Kontroversi Kemiripan dengan PDIP
Logo baru PSI memicu diskusi karena kemiripannya dengan logo PDI Perjuangan (PDIP), yang dikenal dengan banteng merah-hitam. Anggota DPR dari PDIP, Said Abdullah, menanggapi dengan santai. “PDIP punya sejarah panjang dengan banteng. Kami tidak khawatir soal logo baru PSI, karena basis kami sudah teruji sejak 1955,” katanya. Sementara itu, Giring Ganesha dari PSI membantah anggapan plagiarisme, menyebutnya sebagai “cocoklogi” dan menegaskan bahwa gajah adalah simbol unik yang mencerminkan identitas PSI.
Respons Netizen Kritik dan Humor
Peluncuran logo gajah memicu beragam reaksi di media sosial, khususnya di platform X. Seorang pengguna, @hasyimmah, mengungkapkan kekecewaannya: “Saya suka PSI. Tapi serius, saya kecewa sama logo baru PSI ini. Menurut saya logo barunya ini jelek. Gambar gajahnya jelek. Font tulisan PSI-nya jelek. Bahkan sarung Gajah Duduk pun gambarnya lebih bagus.” Komentar ini mendapat tanggapan dari @ghozyulhaq, yang menulis, “Iya sepakat Pak, logonya jelek kayak yang bikin anak magang.”
Selain kritik, humor khas netizen Indonesia juga mewarnai diskusi. Banyak yang membandingkan logo PSI dengan merek sarung legendaris “Gajah Duduk,” yang dikenal sejak 1972 sebagai simbol kualitas dan gengsi. Sentimen ini mencerminkan kecenderungan masyarakat Indonesia untuk menyisipkan lelucon dalam topik politik, menjadikan logo baru PSI sebagai fenomena budaya populer.
Transformasi PSI ke Depan
Perubahan logo ini merupakan bagian dari strategi PSI untuk memperkuat posisi di panggung politik nasional menjelang pemilu mendatang. Dengan dukungan tokoh seperti Jokowi, Prabowo Subianto, dan Gibran Rakabuming yang akan hadir di Kongres PSI, partai ini berharap dapat menarik perhatian pemilih muda dan memperluas basis konstituennya. Logo gajah, yang mengakar pada simbolisme budaya Jawa, diharapkan menjadi cerminan semangat baru PSI: kuat, bijaksana, dan terbuka.