Jejak Digital Rawan Disalahgunakan Penipu? Ini Cara Hapusnya!

Waspada penipuan siber! Pelajari cara hapus jejak digital Anda untuk cegah pencurian identitas. Artikel ini sajikan langkah praktis & kasus nyata dari media sosial. Lindungi data sekarang!

Jul 9, 2025 - 14:34
 0
Jejak Digital Rawan Disalahgunakan Penipu? Ini Cara Hapusnya!

Jakarta, 9 Juli 2025  – Kasus penipuan online yang memanfaatkan data pribadi semakin meresahkan masyarakat. Jejak digital, seperti riwayat pencarian, aktivitas media sosial, hingga informasi pribadi di akun online, menjadi celah bagi pelaku kejahatan siber untuk melancarkan phishing dan pencurian identitas. Pakar keamanan siber mendesak masyarakat untuk segera menghapus jejak digital demi menjaga privasi dan keamanan.

Bahaya Jejak Digital di Tengah Maraknya Penipuan

Jejak digital, yang mencakup alamat email, nomor telepon, dan aktivitas online, rentan disalahgunakan. Layanan Have I Been Pwned melaporkan bahwa jutaan akun pengguna di seluruh dunia telah bocor akibat pelanggaran data di platform seperti Yahoo dan Adobe. Di Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia mencatat lebih dari 15.000 kasus penipuan online sepanjang 2024, sebagian besar memanfaatkan data pribadi yang terekspos. 

“Jejak digital yang dibiarkan dapat menjadi alat bagi penipu untuk menyusun profil korban dan melancarkan aksi yang sangat meyakinkan,” ujar Dr. Andi Pratama, pakar keamanan siber dari Universitas Indonesia.

Cara Menghapus Jejak Digital

Untuk melindungi diri dari ancaman siber, berikut adalah langkah-langkah praktis menghapus jejak digital, berdasarkan panduan dari CNN Indonesia dan CNBC Indonesia.

Pertama, periksa apakah data Anda pernah bocor menggunakan layanan seperti Have I Been Pwned. Dengan memasukkan alamat email di situs tersebut, Anda dapat mengetahui apakah data Anda terlibat dalam pelanggaran keamanan, sehingga dapat mengambil langkah perlindungan lebih lanjut.

Kedua, hapus cookie dari peramban untuk mengurangi pelacakan aktivitas online. Anda dapat melakukannya melalui pengaturan peramban, seperti Google Chrome di menu Settings > Privacy & Security > Clear browsing data, atau menggunakan alat seperti Advanced System Optimizer untuk membersihkan cookie dari semua peramban sekaligus.

Ketiga, nonaktifkan akun media sosial atau layanan online yang sudah tidak digunakan. Akun-akun lama sering kali menyimpan data pribadi di server penyedia layanan, sehingga menghapusnya dapat mengurangi risiko penyalahgunaan data.

Keempat, batasi pelacakan oleh aplikasi dengan menonaktifkan opsi pelacakan di pengaturan aplikasi. Jika tersedia, gunakan mode incognito untuk mengurangi jejak aktivitas, terutama pada aplikasi yang sering digunakan sehari-hari.

Kelima, bersihkan riwayat penelusuran di peramban secara rutin untuk meminimalkan jejak digital. Pada akun Google, Anda dapat mengatur penghapusan otomatis riwayat pencarian melalui Data & Privacy > Web & App Activity > Auto-delete untuk periode tertentu, seperti 3 atau 18 bulan.

Keenam, nonaktifkan pelacakan aktivitas Google untuk mencegah pengumpulan data baru. Akses Google Account > Data & Privacy > Web & App Activity, matikan opsi pelacakan, dan hapus data lama secara manual melalui dashboard Google untuk memastikan data sebelumnya tidak tersimpan.

Ketujuh, ajukan penghapusan informasi pribadi dari hasil pencarian Google, seperti foto atau data sensitif, menggunakan formulir resmi yang disediakan. Langkah ini merupakan bagian dari hak untuk dilupakan (right to be forgotten) yang dapat membantu melindungi privasi Anda.

Kasus Penyalahgunaan Identitas di Media Sosial

Penyalahgunaan jejak digital sering kali menjadi sorotan di platform X, menunjukkan betapa pentingnya perlindungan data. Pada Januari 2025, pengguna @RinaWulandari88 melaporkan bahwa nomor teleponnya disalahgunakan untuk mengirim pesan phishing melalui WhatsApp, diduga akibat kebocoran data dari akun media sosial yang tidak dihapus. 

Pada Maret 2025, akun @TechBit mengungkap kasus profil LinkedIn palsu yang menyamar sebagai seorang profesional di Jakarta, memanfaatkan data dari akun lama yang tidak dinonaktifkan. Selain itu, pada Juni 2025, @ShopSafeID melaporkan bahwa alamat rumahnya digunakan untuk pengiriman barang fiktif di marketplace, berasal dari data yang bocor di forum online.

Langkah Antisipasi

Selain menghapus jejak digital, penggunaan VPN disarankan untuk menyembunyikan aktivitas online dari penyedia layanan internet. 

“Tindakan proaktif, seperti memeriksa pengaturan privasi dan menghapus data secara rutin, adalah kunci untuk mencegah penipuan siber,” tegas Dr. Andi. Masyarakat juga diminta untuk segera melaporkan kasus penipuan ke kepolisian melalui saluran resmi.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0