AS-Iran Saling Ancam Serang, Indonesia Hadapi Dampak Ekonomi
Ketegangan AS-Iran di Timur Tengah meningkat akibat program nuklir Iran, memicu evakuasi personel AS dan lonjakan harga minyak 4%. Indonesia hadapi risiko inflasi dan tantangan diplomatik. Baca analisis lengkap dampak konflik ini.

Jakarta, 12 Juni 2025 - Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas menyusul ancaman saling balas antara Amerika Serikat (AS) dan Iran, yang dipicu oleh kekhawatiran atas program nuklir Iran. Situasi ini memicu evakuasi personel AS dari kawasan tersebut, kenaikan harga minyak dunia, dan potensi dampak ekonomi signifikan bagi Indonesia.
Presiden AS Donald Trump menegaskan sikap keras terhadap Iran, dengan menyatakan bahwa Iran "tidak boleh memiliki senjata nuklir." Pernyataan ini merespons laporan bahwa Iran meningkatkan aktivitas pengayaan uranium. Sebagai respons, Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh memperingatkan bahwa Iran akan menyerang pangkalan militer AS di Timur Tengah jika diserang.
"Kami tidak akan tinggal diam jika kedaulatan kami terancam," tegas Nasirzadeh, seperti dilansir Detik.com.
AS telah mengambil langkah preventif dengan mengevakuasi sebagian personel kedutaan di Irak dan memerintahkan keberangkatan personel non-darurat serta keluarga diplomat dari Timur Tengah. Menurut laporan CNBC Indonesia, langkah ini dipicu oleh meningkatnya risiko keamanan setelah 18 bulan perang di Gaza. Selain itu, AS memperkuat kehadiran militernya dengan mengerahkan pesawat pengebom B-2 dan kapal induk di kawasan, menunjukkan kesiapan menghadapi eskalasi.
Spekulasi juga muncul bahwa evakuasi ini merupakan tanda bahwa Israel, sekutu AS, mungkin bersiap menyerang Iran. Namun, hubungan AS-Israel dilaporkan tegang, dengan Trump menghentikan komunikasi langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Kami tidak akan mendukung perang yang tidak jelas tujuannya," kata seorang pejabat senior Gedung Putih, yang dikutip Tempo.co, menyinggung kekhawatiran bahwa Israel memanipulasi dukungan AS untuk kepentingan sendiri.
Negara-negara lain seperti Irak, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab juga terseret dalam ketegangan ini karena menjadi lokasi pangkalan militer AS. Selain itu, kelompok Houthi di Yaman, yang didukung Iran, sebelumnya telah menyerang kepentingan AS dan sekutunya, meningkatkan risiko konflik yang lebih luas.
Dampak Ketegangan Politik iran-AS Pada Ekonomi Indonesia
Ketegangan ini telah menyebabkan harga minyak mentah Brent melonjak 4% menjadi US$69,18 per barel, sebagaimana dilaporkan MetroTV. Bagi Indonesia, importir minyak besar, kenaikan ini berpotensi menekan anggaran bahan bakar dan meningkatkan inflasi.
"Kenaikan harga minyak dapat memicu kenaikan harga BBM dan bahan pokok, yang akan membebani perekonomian nasional," kata ekonom Faisal Basri dalam wawancara dengan CNBC Indonesia.
Selain dampak ekonomi, Indonesia juga menghadapi tantangan diplomatik dan kemanusiaan. Presiden Prabowo Subianto, yang baru-baru ini menyatakan rencana evakuasi warga Gaza ke Indonesia, kini harus menghadapi situasi geopolitik yang rumit. Dengan banyaknya tenaga kerja migran Indonesia di negara-negara Teluk, pemerintah perlu mempersiapkan langkah-langkah perlindungan jika konflik meningkat.
Langkah Indonesia Sebagai Negara Asal Pekerja Migran Timur Tengah
Sebagai negara mayoritas Muslim, Indonesia memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas domestik di tengah sentimen agama yang sensitif terkait konflik Timur Tengah. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan bahwa Indonesia akan tetap mengedepankan diplomasi netral.
"Kami mendukung solusi damai dan stabilitas regional," ujar Retno dalam pernyataan resmi.
Dengan ketegangan yang terus meningkat, dunia kini menanti langkah selanjutnya dari AS, Iran, dan Israel. Bagi Indonesia, kewaspadaan terhadap dampak ekonomi dan keamanan menjadi krusial untuk menjaga stabilitas nasional di tengah krisis global ini.
What's Your Reaction?






