Iran Ancam Tutup Selat Hormuz Pasca-Serangan AS, Dunia Waspadai Krisis Minyak Global

Iran pertimbangkan menutup Selat Hormuz setelah serangan udara AS ke fasilitas nuklir. Dunia waspada, harga minyak global terancam melonjak tajam.

Jun 23, 2025 - 09:34
Jun 23, 2025 - 09:35
 0
Iran Ancam Tutup Selat Hormuz Pasca-Serangan AS, Dunia Waspadai Krisis Minyak Global

Ketegangan di Timur Tengah memuncak setelah Parlemen Iran menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz sebagai respons atas serangan udara Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada Sabtu malam (21/6). Langkah ini memicu kekhawatiran dunia akan potensi gangguan pasokan minyak global, mengingat Selat Hormuz merupakan jalur vital yang mengangkut sekitar 20% minyak dunia. Keputusan akhir penutupan kini berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, sebagaimana dilaporkan oleh media pemerintah Iran, Press TV.

Serangan AS, yang diberi nama kode “Operation Midnight Hammer,” menargetkan fasilitas nuklir di Isfahan, Fordow, dan Natanz, menyebabkan kerusakan signifikan pada kemampuan nuklir Iran. Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, mengecam tindakan tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan. “Mereka telah melintasi garis merah yang sangat besar. Kami harus merespons berdasarkan hak sah kami untuk membela diri,” ujar Araghchi, seperti dikutip Reuters.

Selat Hormuz, yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab, merupakan jalur strategis bagi ekspor minyak dan gas alam cair (LNG) dari negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Menurut Energy Information Administration, sekitar 20 juta barel minyak per hari—atau 20% dari konsumsi minyak global—melewati selat ini pada 2024. Penutupan selat, meski hanya sementara, dapat memicu lonjakan harga minyak hingga US$100–130 per barel, sebagaimana diprediksi oleh analis JPMorgan.

Reaksi internasional pun bermunculan. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mendesak Tiongkok untuk mencegah Iran menutup Selat Hormuz, mengingat ketergantungan ekonomi Tiongkok pada minyak yang melewati jalur ini. “Saya sangat mendorong pemerintah Tiongkok di Beijing untuk menghubungi Iran, karena ekonomi mereka sangat bergantung pada minyak yang mengalir melalui Selat Hormuz,” kata Rubio dalam wawancara dengan Fox News. Sementara itu, Angkatan Laut AS yang ditempatkan di Bahrain, Armada Kelima, disebut siap menghadapi upaya Iran untuk memblokir jalur tersebut.

Baca Juga: TNI Siapkan Pasukan dan Alutsista untuk Evakuasi WNI dari Iran dan Israel

Di lapangan, suasana di sekitar Selat Hormuz mulai tegang. Seorang pedagang di pelabuhan Fujairah, Uni Emirat Arab, yang tak jauh dari selat, menggambarkan situasi kepada Reuters: “Ada kepanikan di antara pelaku bisnis di sini. Banyak kapal tanker minyak bergegas meninggalkan kawasan ini sejak kemarin malam,” ujarnya. Postingan di platform X juga mencerminkan kekhawatiran serupa, dengan salah satu pengguna, @GoldTelegraph_, menyatakan, “Parlemen Iran mempertimbangkan penutupan Selat Hormuz. Ini gila.”

Namun, beberapa analis meragukan kemampuan Iran untuk menutup selat secara efektif. “Iran dalam kondisi melemah saat ini tidak mungkin mencari eskalasi sebesar itu,” kata Gregory Brew, analis senior Eurasia, kepada Axios. Ia menyebut penutupan selat sebagai “deklarasi perang efektif” terhadap negara-negara Teluk dan AS, mengingat Iran sendiri bergantung pada selat untuk 96% ekspor minyaknya melalui Pulau Kharg.

Di India, yang mengimpor sekitar 90% minyak ment درک: mentahnya dari kawasan Teluk, Menteri Perminyakan dan Gas Alam Hardeep Singh Puri menyatakan optimismenya. “Kami telah mendiversifikasi sumber pasokan minyak selama beberapa tahun terakhir. Sebagian besar pasokan kami tidak lagi bergantung pada Selat Hormuz,” ujarnya, seraya menegaskan bahwa cadangan minyak strategis India cukup untuk menghadapi gangguan jangka pendek.

Meski demikian, dunia tetap bersiaga. Perusahaan pelayaran seperti Maersk menyatakan masih melanjutkan operasi di Selat Hormuz, tetapi siap mengevaluasi ulang situasi berdasarkan perkembangan keamanan. Harga minyak mentah melonjak sekitar 3% pada Minggu malam, menandakan kekhawatiran pasar terhadap potensi eskalasi konflik.

Sementara itu, organisasi pelayaran internasional Bimco memperingatkan bahwa Iran dapat menggunakan rudal anti-kapal atau drone untuk menyerang kapal di Selat Hormuz, meningkatkan ancaman terhadap pelayaran komersial. Dengan situasi yang terus berkembang, dunia menanti keputusan Iran dan respons global terhadap ancaman penutupan jalur minyak terpenting di dunia ini.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0