Rumor Jokowi Jadi Ketua Umum PSI, Anomali Bapak Gantikan Anak
Rumor jokowi menjadi ketua umum psi mencuat lagi. berbagai pihak termasuk jokowi sendiri pun memberikan tanggapan. ia mengaku melakukan kalkulasi dan tidak ingin kalah jika maju.

Jakarta, 15 Mei 2025 – Mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), mengaku sedang "mengkalkulasi" peluang untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada kongres partai yang akan digelar pada Juli 2025.
Pernyataan ini memanaskan spekulasi yang telah beredar sejak awal 2024 bahwa Jokowi akan menggantikan putra bungsunya, Kaesang Pangarep, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum PSI.
Rumor Jokowi menjadi Ketua Umum PSI pertama kali mencuat pada 7 Februari 2024, saat Kaesang Pangarep, dalam acara makan malam di Medan, secara setengah bercanda menyebut bahwa jaket PSI bertuliskan "Ketua Umum" bisa dikenakan oleh ayahnya.
"Kalau bapak mau gabung, jaket ini siap," ujar Kaesang, seperti dilansir Antara. Spekulasi ini menguat setelah Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, pada 11 Maret 2024, mengusulkan Jokowi sebagai pimpinan koalisi partai politik dengan visi menuju Indonesia Emas.
Kedekatan Jokowi dengan PSI bukan hal baru. Partai yang didirikan pada 16 November 2014 ini lahir pasca-kemenangan Jokowi pada Pilpres 2014 dan dikenal sebagai pendukung setia mantan presiden tersebut.
Sekretaris Jenderal PSI, Raja Juli Antoni, pernah menyatakan bahwa pendirian PSI mendapat masukan dari Jokowi, sementara Kaesang menegaskan bahwa ayahnya "mencintai PSI." Pemecatan Jokowi dari PDI Perjuangan (PDIP) pada 2024 juga memicu narasi bahwa ia mencari kendaraan politik baru, dengan PSI sebagai kandidat utama.
Pada 13 Mei 2025, Wakil Ketua Umum PSI, Andy Budiman, menyatakan bahwa peluang Jokowi menjadi Ketua Umum "bisa saja terjadi." "Kami terbuka untuk siapa saja yang ingin memajukan PSI, termasuk Pak Jokowi," ujarnya. Dua hari kemudian, Jokowi merespons rumor tersebut dengan hati-hati.
"Saya sedang kalkulasi. Jangan sampai daftar tapi kalah," katanya kepada wartawan di Jakarta, menunjukkan sikap yang tidak menutup kemungkinan namun tetap penuh perhitungan.
Kongres PSI pada Juli 2025, yang akan menggunakan sistem pemilihan "satu anggota satu suara" melalui platform e-vote, menjadi momen krusial. PSI juga tengah mempertimbangkan perubahan nama menjadi "PSI Perorangan" atau "Partai Super Terbuka," sebuah konsep yang dikaitkan dengan gagasan Jokowi. Hal ini memperkuat persepsi bahwa Jokowi memiliki pengaruh besar di partai yang kini dipimpin putranya.
Saat ini, PSI dipimpin oleh Kaesang Pangarep, yang resmi menjadi Ketua Umum pada 25 September 2023, hanya dua hari setelah bergabung dengan partai. Kaesang menggantikan Giring Ganesha, yang kini menjabat sebagai Dewan Pembina PSI.
Meski PSI hanya memperoleh 3% suara pada Pemilu 2024—di bawah ambang batas parlemen 4%—partai ini tetap menjadi sorotan karena kedekatannya dengan Jokowi dan peran Kaesang sebagai putra mantan presiden.
Respons Netizen di Media Sosial
Rumor ini memicu reaksi beragam di media sosial, khususnya di platform X, dengan sentimen negatif terhadap Jokowi yang cukup dominan. Sejumlah netizen menyindir langkah Jokowi sebagai upaya mempertahankan pengaruh politik melalui partai yang dipimpin anaknya.
Pengguna @ch_chotimah2 berkomentar, "Jadi ketua partai anaknya yang cuma 2% suara? Ini puncak karier politik atau antiklimaks?" Nada serupa terlihat dari @ZulkifliLubis69, yang menyebut, "Pertama dalam sejarah, bapak gantikan anak jadi ketua partai. Tapi PSI kan bukan PDIP, cuma partai kecil."
Namun, ada pula yang melihat langkah ini sebagai strategi cerdas. Pengguna @politik_jalanan menulis, "Jokowi ke PSI? Ini cara dia stay relevant. PSI kecil, tapi dengan nama Jokowi, bisa jadi game changer."
Meski demikian, sentimen negatif lebih menonjol, dengan banyak netizen mempertanyakan integritas Jokowi dan mengaitkan langkah ini dengan narasi "dinasti politik." Unggahan seperti "Jokowi ke PSI cuma buat jaga gengsi, tapi rakyat udah capek" mencerminkan kekecewaan sebagian publik.
Kongres PSI pada Juli 2025 akan menjadi penentu apakah rumor ini menjadi kenyataan. Dengan sistem pemilihan yang demokratis dan keterlibatan Jokowi yang masih dalam tahap "kalkulasi," dinamika politik Indonesia diprediksi akan semakin menarik. Akankah Jokowi benar-benar mengambil alih PSI, atau ini hanya manuver untuk menjaga relevansi politiknya? Publik menanti jawabannya.
What's Your Reaction?






