Jakarta 16 Agustus 2025 – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson pada 15 Agustus 2025, namun tidak berhasil mencapai kesepakatan untuk menghentikan perang di Ukraina. Meskipun kedua pemimpin menyebut pembicaraan mereka "berhasil baik," belum ada solusi nyata yang diumumkan, meninggalkan konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun dalam ketidakjelasan.
Pertemuan yang berlangsung sekitar tiga jam ini bertujuan untuk menemukan jalan keluar dari perang Ukraina. Trump mengindikasikan bahwa sejumlah kemajuan telah dicapai, tetapi masih ada "beberapa isu krusial" yang perlu diselesaikan. Putin menegaskan bahwa perdamaian hanya dapat tercapai jika penyebab utama konflik diatasi secara menyeluruh.
Pembahasan dilakukan secara tertutup dengan kehadiran delegasi terbatas, termasuk Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Pertahanan Andrey Belousov. Interaksi antara Trump dan Putin tampak akrab, ditandai dengan jabat tangan hangat dan senyuman, mencerminkan hubungan personal yang telah terjalin sebelumnya.
Konferensi pers pasca-pertemuan berlangsung singkat, hanya sekitar 12 menit, tanpa membuka sesi tanya jawab—langkah yang tidak biasa bagi Trump yang sering berinteraksi dengan media. Putin mengungkapkan, "Kami telah mencapai titik pemahaman yang dapat menjadi langkah awal menuju perdamaian di Ukraina," seraya menyebut konflik ini sebagai "kemalangan besar" bagi hubungan Rusia dan Ukraina.
Trump menambahkan, "Pertemuan ini sangat bermanfaat. Kini, Presiden Zelensky memiliki peran besar untuk mengakhiri konflik ini." Namun, agenda makan siang bersama batal dilaksanakan, dengan Putin langsung kembali ke Rusia dan Trump menuju Washington.
Rusia bersikeras agar Ukraina menarik pasukannya dari wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia, serta menghentikan rencana bergabung dengan NATO. Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang tidak diundang dalam pertemuan ini, menolak keras konsesi wilayah dan menyerukan gencatan senjata tanpa syarat serta pembebasan tawanan perang.
Zelensky menegaskan bahwa kesepakatan damai tidak akan sah tanpa keterlibatan Kyiv. Pemimpin Eropa, seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, mendukung sikap ini, menentang gagasan pertukaran wilayah, dan menyatakan kesiapan untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian.
Pertemuan ini menjadi kunjungan pertama Putin ke negara Barat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, meskipun ia menghadapi surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional. Pemilihan Alaska sebagai lokasi memiliki nilai historis, mengingat wilayah ini pernah menjadi bagian dari Rusia hingga dijual pada 1867. Putin juga mengunjungi situs peringatan pilot Soviet dari era Perang Dunia II, menambah dimensi simbolis pada kunjungannya.
Sejumlah pihak mengkhawatirkan bahwa pertemuan ini dapat menguntungkan Rusia dengan mengabaikan peran Ukraina, berpotensi memperkuat klaim teritorial Rusia. Trump menyatakan akan melanjutkan dialog dengan NATO dan Zelensky untuk mencari solusi lebih lanjut.
Pertemuan ini mempertegas upaya Trump untuk memposisikan diri sebagai perantara perdamaian global, sesuai dengan komitmen kampanyenya untuk segera mengakhiri perang Ukraina. Namun, dengan perbedaan pandangan yang mendalam antarpihak, jalan menuju perdamaian yang adil masih penuh rintangan.