Aksi 205, Ribuan Ojol Tuntut Keadilan di Jalanan
Aksi 205 pada 20 Mei 2025 akan mempertemukan ribuan pengemudi ojol di Jakarta menuntut tarif adil, perlindungan hukum, dan kesejahteraan. Dengan pemadaman aplikasi massal, mereka memperjuangkan hidup layak di tengah potongan besar dan ekonomi sulit.

Jakarta, 19 Mei 2025 – Puluhan ribu pengemudi ojek online (ojol) di seluruh Indonesia bersiap menggelar demonstrasi besar-besaran pada Selasa, 20 Mei 2025, yang bertajuk "Aksi 205". Dengan lima titik utama di Jakarta—Kementerian Perhubungan, Istana Merdeka, DPR RI, kantor aplikasi seperti Gojek dan Grab, serta Kementerian Tenaga Kerja—para pengemudi ini menuntut keadilan atas nasib mereka yang kian terjepit. Di balik spanduk protes dan rencana pemadaman aplikasi serentak, ada kisah perjuangan mereka sebagai tulang punggung keluarga di tengah ekonomi yang sulit.
Bagi banyak pekerja di Indonesia, menjadi pengemudi ojol telah menjadi penyelamat di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) pasca-pandemi. Ketika sektor formal seperti manufaktur dan perkantoran terpukul, ojol menawarkan fleksibilitas dan peluang penghasilan. Menurut laporan Kompas (2023), banyak mantan pekerja kantoran dan buruh pabrik beralih ke ojol karena minimnya lapangan kerja lain.
Awalnya, pengemudi menikmati penghasilan yang kompetitif, didorong oleh tarif dasar yang layak dan bonus aplikasi. “Di awal, penghasilan cukup untuk menutup kebutuhan keluarga,” ujar seorang pengemudi dalam wawancara dengan Tempo (2024), mencerminkan pengalaman banyak ojol saat pertama bergabung.
Namun, seiring waktu, potongan aplikasi yang meningkat membuat penghasilan bersih pengemudi menurun drastis. Laporan berita menyebutkan bahwa potongan aplikasi bisa mencapai 20% atau lebih per pesanan, sementara tarif ojol tidak naik sebanding dengan inflasi dan biaya hidup.
“Kami kerja lebih lama, tapi pulang bawa uang lebih sedikit,” keluh seorang pengemudi di Jakarta, seperti dilaporkan CNN Indonesia (2024), menyoroti tantangan yang kini dihadapi jutaan pengemudi.
Era Bakar Duit Sudah Habis, Ini Tuntutan Driver Ojol
Besarnya start up berbasis ojol tidak lepas dari promo bakar duit. Penghasilan fantastik yang mereka peroleh juga tidak lepas dari kucuran dana dari para investor. Ketika era bakar duit sudah selesai, saatnya investor ambil profit. Berbagai potongan pun mulai diterapkan ke mitra driver ojol. Disisi lain, promo ke customer makin berkurang. Tidak heran penghasilan para driver pun turun
Demonstrasi besok adalah puncak dari kekecewaan para mitra driver yang telah lama terpendam. Para pengemudi menuntut lima hal utama: revisi tarif ojol yang lebih adil, penghapusan program aplikasi yang merugikan, perlindungan hukum, transparansi potongan aplikasi, dan peningkatan kesejahteraan. Aksi ini akan melibatkan hingga 500.000 pengemudi di berbagai kota, termasuk Jakarta, Yogyakarta, Medan, dan Palembang, dengan pemadaman aplikasi secara massal dari pukul 00.00 hingga 23.59 WIB, menurut laporan Detik.com (Mei 2025).
“Kami ingin dihargai sebagai pekerja, bukan cuma alat perusahaan,” ujar seorang koordinator komunitas ojol dalam wawancara dengan Kompas (Februari 2025), saat aksi serupa digelar. Tuntutan perlindungan hukum, seperti asuransi dan status pekerja yang jelas, menjadi sorotan utama, mengingat banyak pengemudi tidak mendapat jaminan sosial meski bekerja hingga 12 jam sehari.
Fenomena industri Ojol yang Hampir Tidak Pernah Untung
Ironisnya, di balik tekanan ekonomi pada pengemudi, industri ojol sendiri tengah berjuang. Laporan The Financial Times (2024) mengungkapkan bahwa hampir semua perusahaan ojol global, seperti Uber, Lyft, Grab, dan Gojek, belum mencatatkan keuntungan konsisten. Model bisnis gig economy ini sering kali mengorbankan pengemudi dengan menekan tarif untuk menarik pelanggan.
“Perusahaan terus rugi, tapi pengemudi yang menanggung akibatnya dengan potongan besar dan tarif rendah,” tulis seorang analis industri dalam Bloomberg (2024), mencerminkan ketimpangan dalam ekosistem ini.
Polda Metro Jaya Antisipasi Kemacetan
Polda Metro Jaya telah menyiapkan rekayasa lalu lintas untuk mengantisipasi kemacetan di Jakarta, seperti diumumkan dalam Tribunnews (Mei 2025). Wakil Menteri Tenaga Kerja juga berjanji memperjuangkan perlindungan hukum bagi pengemudi, menurut Antara (Mei 2025). Namun, tidak semua komunitas ojol mendukung aksi ini. Komunitas URC Ojol Jakarta Selatan, misalnya, menolak demonstrasi karena khawatir aksi ini dimanfaatkan untuk kepentingan politik, sebagaimana dilaporkan Okezone (Mei 2025). Perusahaan seperti Maxim Indonesia telah memberikan pernyataan terkait aksi, meski belum ada komitmen spesifik, menurut Bisnis.com (Mei 2025).
Respon Netizen Terkait Rencana Demo Ojol 20 Mei 2025
Spanduk-spanduk protes telah bermunculan di berbagai sudut kota sejak beberapa hari lalu, menandakan persiapan matang untuk aksi besok. Di media sosial, khususnya platform X, sentimen publik terbelah. Seorang pengguna, @HendraSien, menyayangkan waktu produktif yang terbuang untuk demonstrasi, tetapi banyak lainnya memuji perjuangan pengemudi sebagai bentuk keberanian melawan ketidakadilan, berdasarkan pantauan unggahan X (Mei 2025).
Bagi jutaan pengemudi ojol, aksi besok adalah lebih dari sekadar unjuk rasa. Ini adalah perjuangan untuk hidup yang lebih layak di tengah dunia yang semakin sulit. “Kami cuma ingin kerja kami dihargai,” ujar seorang pengemudi dalam laporan Republika (2024), sebuah harapan yang menggema di hati ribuan ojol yang akan turun ke jalan.
What's Your Reaction?






