Kutip Judul Film John Wick Para Bellum pada Pidato Event Indo Defence Expo 2025, Ini Pesan Prabowo
Indo Defence 2025 dibuka Prabowo, pamerkan alutsista canggih seperti Su-57E dan Radar GCI. Netizen bangga, tapi kritis soal anggaran. Baca selengkapnya!

Jakarta, 11 Juni 2025, 13:40 WIB – Indonesia mengukuhkan posisinya di panggung pertahanan global melalui Indo Defence Expo & Forum 2025, pameran industri pertahanan terbesar di Asia Tenggara, yang dibuka Presiden Prabowo Subianto hari ini di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta.
Bertema “Defence Partnerships for Global Peace & Stability”, acara yang berlangsung hingga 14 Juni ini menampilkan teknologi canggih dari 1.180 perusahaan di 55 negara, dengan 659 perusahaan asing dan 521 perusahaan lokal, serta dihadiri 75 delegasi dari 39 negara, termasuk 13 menteri pertahanan dan 10 panglima angkatan bersenjata.
Indo Defence 2025 menjadi ajang unjuk gigi alutsista, diplomasi pertahanan, dan edukasi generasi muda, sekaligus memperkuat visi Indonesia sebagai kekuatan regional.
Pertahanan untuk Cegah Sejarah Penjajahan
Dalam pidato pembukaannya, Presiden Prabowo menegaskan bahwa pertahanan adalah pilar kedaulatan dan kesejahteraan.
“Bangsa yang tidak berinvestasi pada pertahanannya biasanya kehilangan kedaulatan, kemerdekaan dirampas, dan menjadi bangsa budak,” ujarnya di hadapan ribuan tamu, termasuk Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Ia menyebut riset yang mengungkap Belanda merampas kekayaan Indonesia senilai USD31 triliun selama 350 tahun penjajahan, setara 18 kali PDB saat ini, sebagai pengingat perlunya kekuatan militer.
“Jika kita kuat sejak dulu, GDP per kapita kita bisa jadi tertinggi di dunia,” tambahnya.
Mengutip Si Vis Pacem, Para Bellum (Jika ingin damai, bersiaplah untuk perang), Prabowo menegaskan Indonesia cinta damai namun siap bertempur jika kedaulatan terancam.
“Perang adalah jalan terakhir, tapi kita punya ajaran: lebih baik mati daripada dijajah kembali,” katanya, memicu tepuk tangan meriah.
Ia optimistis Indonesia bisa menjadi salah satu dari enam ekonomi terbesar dunia pada 2045 dengan pertahanan kuat dan swasembada energi serta pangan. Usai sambutan, Prabowo dan Menhan Sjafrie menekan layar pembukaan, diikuti peninjauan stan dan pertemuan dengan delegasi dari AS, Turki, dan Rusia. Acara ini juga menghasilkan MoU, seperti kerja sama dengan Turki untuk pesawat tempur KAAN.
Persenjataan Canggih yang Jadi Sorotan
Indo Defence 2025 memamerkan alutsista canggih dari holding DEFEND ID, yang mencakup PT Len Industri, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PT PAL Indonesia. Radar GCI dari PT Len Industri menonjol sebagai sistem pengawas udara mutakhir untuk operasi tiga matra, sementara bom seri P-100L/P-250L/P-500L dari PT Dahana menarik perhatian karena presisi tinggi untuk misi tempur strategis.
Pesawat CN235 karya PT Dirgantara Indonesia, yang mendukung misi patroli maritim dan evakuasi medis, memperkuat reputasi Indonesia di pasar global, dengan ekspor ke beberapa negara.
Dari sisi internasional, jet tempur Sukhoi Su-57E Felon dari Rusia menjadi pusat perhatian dengan teknologi stealth generasi kelima dan kemampuan manuver tinggi, ditawarkan untuk modernisasi angkatan udara Indonesia.
Pesawat tempur KAAN dari Turki, yang menjadi bagian dari MoU dengan Indonesia, menunjukkan potensi kolaborasi alih teknologi. Sistem pertahanan udara S-400 Rusia dan pesawat Rafale Prancis, yang telah dibeli Indonesia, juga dipamerkan, menegaskan komitmen untuk memperkuat pertahanan udara dan laut di kawasan Indo-Pasifik.
Agenda Acara dan Diplomasi Strategis
Selain pameran, Indo Defence menggelar Technical Product Presentation (TPP) pada 11-13 Juni untuk membahas teknologi persenjataan, Defence Technology Forum pada 12 Juni yang mengupas perang asimetris dan keamanan siber, serta Open Stage Forum tentang peran pesawat N219 dalam konektivitas regional.
Demonstrasi langsung di Live Demo Area JIExpo menampilkan kendaraan lapis baja dan drone, sementara demo pesawat dan kapal digelar di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dan Pangkalan AL Pondok Dayung.
Wakil Menteri Pertahanan Donny Ermawan menyebut acara ini sebagai wujud kontribusi Indonesia untuk stabilitas global, sejalan dengan amanat UUD 1945. Peneliti Beni Sukadis menambahkan bahwa Indo Defence mempercepat alih teknologi dan produksi bersama, seperti kerja sama KAAN dengan Turki.
Respons Netizen, Kebanggaan dan Harapan
Di platform X, netizen Indonesia menyambut Indo Defence 2025 dengan antusiasme. Banyak yang memuji Radar GCI dan bom seri P-100L dari DEFEND ID sebagai bukti kemajuan lokal.
“Indonesia bukan lagi konsumen, tapi produsen alutsista kelas dunia!” tulis seorang pengguna, mengacu pada ekspor CN235 dan pistol G2 Elite PT Pindad ke ASEAN dan Jordania. Postingan dari @indomiliter tentang Sukhoi Su-57E dan Rafale mendapat ratusan retweet, mencerminkan kekaguman terhadap teknologi canggih.
Namun, sebagian netizen kritis terhadap anggaran pertahanan Rp165,2 triliun untuk 2025, naik 22% dari tahun sebelumnya.
“Pertahanan kuat itu penting, tapi pendidikan dan kesehatan jangan dilupain,” komentar seorang pengguna.
Ada pula yang mendambakan kemandirian teknologi, seperti memproduksi jet tempur lokal alih-alih mengimpor. Pelajar dan mahasiswa antusias menanti Public Day pada 14 Juni, dengan harapan belajar teknologi militer.
What's Your Reaction?






