Tak Ingin Terjebak Konsumsi Kuliner Non Halal Seperti Ayam Widuran Solo, Ini Tipsnya

ciri makanan yang diolah menggunakan minyak babi dan cara menhindarinya

May 28, 2025 - 11:32
May 28, 2025 - 13:45
 0
Tak Ingin Terjebak Konsumsi Kuliner Non Halal Seperti Ayam Widuran Solo, Ini Tipsnya

Solo, 28 Mei 2025 - Ayam Goreng Widuran, rumah makan legendaris di Solo yang berdiri sejak 1973, menjadi pusat kontroversi setelah terungkap bahwa kremesan ayamnya digoreng menggunakan minyak babi, menjadikan menu tersebut non-halal. Fakta ini memicu kemarahan pelanggan, terutama umat Muslim, yang merasa tertipu karena restoran tidak mencantumkan label non-halal selama 52 tahun beroperasi.

Kronologi dan Kekecewaan Pelanggan Ayam Widuran Solo

Kontroversi bermula dari unggahan di media sosial Threads oleh akun @pedalranger, yang menyatakan keterkejutannya setelah mengetahui Ayam Goreng Widuran menggunakan minyak babi. Banyak pelanggan, seperti Teguh Budianto, mengeluh di Google Review karena tidak diinformasikan tentang status non-halal meskipun tampilan mereka jelas menunjukkan identitas Muslim. "Kami datang dari luar kota, istri berhijab, tapi tidak ada keterangan non-halal. Ini mengecewakan," ujar Teguh.

Pegawai bernama Nanang, yang bekerja di bagian penggorengan, mengonfirmasi bahwa minyak babi hanya digunakan untuk kremesan, bukan ayam itu sendiri. Namun, kurangnya transparansi selama puluhan tahun membuat kepercayaan pelanggan runtuh. Rating Google Ayam Goreng Widuran kini bercampur antara bintang satu dari pelanggan kecewa dan pujian dari pelanggan non-Muslim yang menyukai rasa gurihnya.

Respons Pihak Terkait

Pada 26 Mei 2025, Wali Kota Solo, Respati Ahmad Ardianto, memerintahkan penutupan sementara Ayam Goreng Widuran untuk asesmen oleh BPOM, Dinas Perdagangan, dan Kemenag. Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) menyatakan restoran berpotensi melanggar UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dengan ancaman pidana hingga 5 tahun penjara atau denda Rp2 miliar karena tidak mencantumkan informasi bahan secara jelas.

Manajemen Ayam Goreng Widuran telah meminta maaf melalui Instagram (@ayamgorengwiduransolo) pada 23 Mei 2025 dan berjanji mencantumkan label non-halal di semua outlet dan platform daring. Namun, banyak pelanggan merasa permintaan maaf ini terlambat.

Mengapa Minyak Babi Banyak Digunakan dalam Banyak Kuliner?

Minyak babi sering digunakan dalam kuliner, terutama pada masakan Tionghoa, Eropa Timur, dan Latin Amerika, karena sifatnya yang menghasilkan gorengan lebih garing dan gurih. Menurut chef terkenal, minyak babi mengandung asam glutamat alami yang memberikan efek umami, serta memiliki titik leleh tinggi yang menciptakan tekstur renyah pada adonan. Di Indonesia, penggunaan minyak babi umum pada kuliner non-halal, tetapi harus diimbangi dengan transparansi untuk menghormati sensitivitas konsumen.

Apakah Minyak Babi Berbahaya bagi Kesehatan?

Secara nutrisi, minyak babi tidak jauh berbeda dari minyak goreng lainnya. Ia mengandung lemak jenuh yang tinggi (sekitar 40%), mirip dengan mentega, tetapi lebih rendah dibandingkan minyak kelapa (90%). Konsumsi lemak jenuh berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung jika tidak diimbangi pola makan sehat. Namun, minyak babi juga mengandung lemak tak jenuh tunggal yang bermanfaat bagi kesehatan jantung jika dikonsumsi dalam jumlah sedang. Tidak ada bukti bahwa minyak babi secara inheren berbahaya, tetapi seperti semua lemak, konsumsi berlebihan harus dihindari.

Tips Membedakan Makanan yang Diolah dengan Minyak Babi

Untuk menghindari kasus serupa, berikut adalah tips praktis bagi konsumen, terutama umat Muslim, untuk mengenali makanan yang mungkin diolah menggunakan minyak babi:

  1. Periksa Label atau Tanyakan Langsung: Pastikan restoran mencantumkan status halal atau non-halal. Jika tidak ada keterangan, tanyakan kepada pelayan atau koki tentang bahan yang digunakan.

  2. Amati Tekstur dan Aroma: Gorengan dengan minyak babi cenderung sangat renyah dan memiliki aroma khas yang sedikit lebih kuat dan gurih dibandingkan minyak nabati. Namun, ini bukan indikator pasti karena minyak nabati berkualitas tinggi juga bisa menghasilkan tekstur serupa.

  3. Perhatikan Menu Lain: Jika restoran menyajikan hidangan khas Tionghoa non-halal seperti babi panggang atau char siu, kemungkinan besar minyak babi digunakan. Waspadai jika tidak ada label halal.

  4. Cari Sertifikasi Halal: Pilih restoran dengan sertifikasi halal dari MUI atau BPJPH untuk jaminan kehalalan. Jika tidak ada sertifikasi, lakukan riset melalui ulasan daring atau tanyakan kepada komunitas lokal.

  5. Gunakan Aplikasi Pendeteksi Halal: Beberapa aplikasi seperti HalalMUI atau Scan Halal dapat membantu memverifikasi status kehalalan produk, meskipun tidak selalu mencakup restoran kecil.

Apa Selanjutnya?

Kasus Ayam Goreng Widuran menjadi pengingat penting bagi pelaku usaha kuliner untuk transparan tentang bahan yang digunakan. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Solo mendesak inspeksi mendadak terhadap kuliner lain di kota ini, sementara MUI menyerukan proses hukum untuk melindungi konsumen. Bagi masyarakat, kasus ini menggarisbawahi pentingnya kewaspadaan dalam memilih makanan, terutama di daerah dengan keragaman kuliner seperti Solo.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0