Elon Musk Mundur dari DOGE Sesudah Kritik RUU Anggaran Trump yang Boros
Elon Musk mundur dari pemerintahan Trump setelah mengkritik RUU anggaran yang dianggap boros.

Jakarta, 29 Mei 2025 – Elon Musk, pengusaha visioner di balik Tesla dan SpaceX, secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) di bawah administrasi Presiden Donald Trump. Keputusan ini diumumkan menyusul kritik keras Musk terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) anggaran yang disebutnya “boros” dan bertentangan dengan misi efisiensi pemerintah.
Perjalanan Musk, dari Donatur Kampanye Hingga Pimpinan DOGE
Musk, yang dikenal sebagai pelopor teknologi dengan proyek-proyek seperti Tesla, SpaceX, Neuralink, dan xAI, sebelumnya menjadi salah satu donatur utama kampanye Trump pada Pemilu AS 2024, menyumbang lebih dari USD 250 juta. Dukungan ini mengantarkannya ke posisi strategis sebagai kepala DOGE, sebuah lembaga yang dibentuk untuk merampingkan birokrasi dan mengurangi pengeluaran pemerintah.
Selama menjabat, Musk memimpin upaya pemangkasan anggaran besar-besaran, termasuk pengurangan dana untuk program bantuan luar negeri seperti USAID. Ia juga memperkenalkan pendekatan berbasis teknologi, termasuk penggunaan kecerdasan buatan untuk mengoptimalkan operasional pemerintahan. Namun, langkah-langkah ini menuai kontroversi, dengan banyak pihak mengkritik dampaknya terhadap program sosial dan kesehatan global.
Kritik terhadap RUU Trump
Keputusan Musk untuk mundur dipicu oleh ketidaksetujuannya terhadap RUU anggaran baru, yang dijuluki “One Big Beautiful Bill,” yang disahkan DPR AS pada 22 Mei 2025. Dalam pernyataannya di platform X, Musk menyebut RUU tersebut memperburuk defisit anggaran dan merusak upaya DOG DOGE untuk menciptakan pemerintahan yang lebih hemat. “Kebijakan ini tidak sejalan dengan tujuan efisiensi yang kami perjuangkan,” tulis Musk.
Kebijakan Kontroversial Trump
Administrasi Trump sendiri telah menghadapi sorotan atas sejumlah kebijakan, termasuk pemangkasan anggaran sosial, langkah proteksionis di bidang perdagangan, dan kebijakan imigrasi yang memicu polarisasi. RUU anggaran terbaru, yang meningkatkan pengeluaran secara signifikan, dianggap oleh banyak analis sebagai kontradiktif dengan narasi efisiensi yang diusung Trump selama kampanye.
Bakal Senasib dengan Jack Ma?
Mundurnya Musk dari pemerintahan dan kritik terbukanya terhadap Trump menimbulkan pertanyaan tentang potensi risiko yang dihadapinya. Sebagai perbandingan, Jack Ma, pendiri Alibaba, pernah menghilang dari publik setelah mengkritik pemerintah Tiongkok, memicu spekulasi tentang tekanan politik. Meskipun konteks di AS berbeda, Musk menghadapi tantangan seperti protes publik dan penurunan penjualan Tesla sebesar 20% pada kuartal pertama 2025, sebagian akibat keterlibatan politiknya.
Sebagai pemilik X, Musk masih memiliki platform kuat untuk memengaruhi opini publik, tetapi ketegangan dengan Trump berpotensi memengaruhi kontrak SpaceX dengan pemerintah atau memicu boikot lebih lanjut terhadap bisnisnya.
Fokus Kembali ke Tesla
Musk menyatakan akan mengalihkan fokusnya kembali ke Tesla, yang sedang menghadapi tantangan akibat penurunan laba sebesar 71% pada awal 2025. “Saya akan mengurangi waktu saya di DOGE untuk memastikan Tesla tetap menjadi pemimpin inovasi,” katanya dalam sebuah wawancara.
Keputusan Musk untuk mundur menandai babak baru dalam dinamika hubungannya dengan Trump, yang pernah digambarkan sebagai aliansi strategis. Para analis kini memantau apakah konflik ini akan berdampak lebih luas pada bisnis Musk atau memengaruhi kebijakan pemerintahan Trump ke depan.
What's Your Reaction?






