Greta Thunberg Kembali ke Swedia Usai Dideportasi Israel atas Aksi Kemanusiaan di Gaza

Greta Thunberg dideportasi dari Israel setelah dicegat saat membawa bantuan ke Gaza. Aktivis Swedia ini mengecam pelanggaran HAM dan berjanji terus perjuangkan keadilan.

Jun 11, 2025 - 13:30
Jun 11, 2025 - 13:30
 0
Greta Thunberg Kembali ke Swedia Usai Dideportasi Israel atas Aksi Kemanusiaan di Gaza

Stockholm, 11 Juni 2025 – Aktivis iklim dan hak asasi manusia asal Swedia, Greta Thunberg, akhirnya kembali ke tanah airnya pada Rabu dini hari setelah dideportasi oleh otoritas Israel.

Deportasi tersebut terjadi menyusul penahanan Thunberg bersama 11 aktivis lainnya dari Freedom Flotilla Coalition (FFC) saat berupaya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina. Kapal bantuan bernama *Madleen* yang mereka tumpangi dicegat militer Israel di perairan internasional pada Senin, 9 Juni 2025.

Thunberg, yang dikenal dengan aksi-aksi lingkungan dan kemanusiaannya, ditahan di Israel selama dua hari sebelum dideportasi melalui penerbangan El Al dari Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv, menuju Paris, Prancis, pada Selasa, 10 Juni 2025. Setibanya di Bandara Charles de Gaulle, Paris, Thunberg menolak menandatangani dokumen deportasi yang menyatakan ia memasuki Israel secara ilegal.

“Kami berada di perairan internasional saat kapal kami dicegat. Ini bukan pelanggaran, melainkan penculikan,” tegas Thunberg dalam pernyataan singkat kepada media di Paris, seperti dikutip *Media Indonesia*.

Dari Prancis, Thunberg melanjutkan perjalanan ke Swedia. Sesampainya di Stockholm, ia langsung mengeluarkan kecaman keras terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Gaza. “Apa yang terjadi di Gaza adalah genosida dan kelaparan sistematis. Dunia telah mengkhianati rakyat Palestina dengan diamnya,” ujar Thunberg dalam konferensi pers singkat di Bandara Arlanda, Stockholm. Ia juga menyerukan pembebasan aktivis FFC lain yang masih ditahan di Israel.

Insiden bermula ketika kapal Madleen, yang membawa bantuan medis dan makanan untuk warga Gaza, dicegat sekitar 100 mil dari pantai Gaza. Menurut pengacara FFC, tindakan Israel melanggar hukum internasional serta putusan Mahkamah Internasional (ICJ) yang memerintahkan Israel untuk tidak menghalangi akses kemanusiaan ke Gaza. 

Seorang saksi mata, Ahmed, seorang relawan FFC, menceritakan pengalamannya kepada Detikcom: “Militer Israel naik ke kapal kami dengan senjata lengkap. Mereka memaksa kami menuju pelabuhan Ashdod tanpa penjelasan jelas.”

Kementerian Luar Negeri Israel membantah tuduhan penculikan dan menyebut aksi FFC sebagai “provokasi politik.” Dalam pernyataan resminya, Israel mengklaim kapal tersebut adalah “kapal swafoto” (selfie yacht) dan menegaskan bahwa pencegatan dilakukan secara damai. “Kami bahkan menawarkan makanan dan air kepada para aktivis. Bantuan di kapal akan kami distribusikan ke Gaza,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, seperti dilansir Butota.id.

Reaksi publik atas peristiwa ini beragam. Di platform X, sejumlah pengguna memuji keberanian Thunberg, sementara yang lain mengkritiknya karena dianggap mencampuri konflik politik. “Greta adalah suara kebenaran untuk Gaza,” tulis seorang pengguna X dari Swedia. Namun, seorang pengguna lain berkomentar, “Ia seharusnya fokus pada isu iklim, bukan politik.”

Kepulangan Thunberg ke Swedia menandai babak baru dalam perjuangannya untuk isu kemanusiaan. Meski menghadapi deportasi, ia berjanji akan terus menyuarakan nasib rakyat Palestina. “Perjuangan untuk keadilan tidak berhenti di sini,” pungkasnya.

Hingga berita ini diturunkan, situasi di Gaza masih tegang dengan blokade Israel yang terus membatasi akses bantuan kemanusiaan. PBB dan organisasi kemanusiaan internasional mendesak semua pihak untuk menghormati hukum internasional demi melindungi warga sipil.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0