Iran–Israel Memasuki Fase Tegang Pasca-Gencatan Senjata: Ketidakpastian Diplomatik dan Ancaman Baru
Konflik Iran–Israel 2025 telah memasuki fase rawan pasca-gencatan senjata. Ketegangan diplomatik, perbedaan strategi global, dan ancaman serangan baru membayangi stabilitas kawasan.

Konflik antara Iran dan Israel yang memuncak pada pertengahan Juni 2025 kini memasuki fase penuh ketegangan dan ketidakpastian. Serangan militer besar-besaran yang dilancarkan Israel pada 13 Juni lalu melalui operasi “Rising Lion” menyasar fasilitas nuklir dan militer Iran serta menewaskan sejumlah tokoh penting di bidang pertahanan dan sains Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan ratusan rudal balistik dan drone ke wilayah Israel, dengan target termasuk infrastruktur sipil dan rumah sakit.
Selama hampir dua pekan konflik berlangsung, korban jiwa mencapai lebih dari 1.060 orang di pihak Iran, dengan ribuan lainnya terluka. Ketegangan tersebut akhirnya dihentikan sementara melalui gencatan senjata pada 24 Juni 2025, hasil dari tekanan diplomatik berbagai pihak termasuk Amerika Serikat, Qatar, Arab Saudi, dan Oman.
Namun, pada 9 Juli 2025, situasi masih jauh dari stabil. Pemerintah Iran menyatakan bahwa aksi militer Israel telah secara serius mengganggu jalur diplomasi, dan rasa percaya terhadap Amerika Serikat kini memudar. Laporan dari Reuters juga mengungkap adanya ketidaksepakatan antara Israel dan AS mengenai strategi lanjutan terhadap Iran pasca-serangan.
Dampak konflik meluas ke berbagai aspek. Moody’s mempertahankan peringkat kredit Israel pada level “Baa1” namun dengan proyeksi negatif karena meningkatnya pengeluaran militer. Di kawasan, kelompok proxy yang terafiliasi dengan Iran seperti Houthi terus melancarkan serangan terhadap pelabuhan dan kapal dagang di wilayah Teluk, yang kemudian dibalas oleh Israel dengan serangan udara ke wilayah Yaman.
Secara diplomatik, tekanan terhadap Iran semakin menguat. Tiga negara Eropa—Inggris, Prancis, dan Jerman—mengancam memberlakukan kembali sanksi jika Iran tidak membuka akses terhadap inspeksi program nuklirnya. Meski pihak-pihak tertentu mengklaim Iran siap membuka kembali perundingan nuklir, pemerintah Iran membantah keras klaim tersebut.
Gencatan senjata sejauh ini masih berlaku, namun ketegangan tetap tinggi. Ancaman serangan balasan dari Iran melalui kelompok-kelompok proxy masih menjadi perhatian utama. Dalam jangka pendek, stabilitas kawasan tetap rapuh, dan konflik memiliki potensi untuk kembali membesar jika tidak ada jaminan hukum dan diplomatik yang kuat dari semua pihak.
Saat dunia mengamati dengan cemas, pertanyaan utama yang mengemuka adalah apakah kekerasan akan kembali meletus, atau justru diplomasi dapat menemukan jalannya. Pada 9 Juli 2025 ini, masa depan hubungan Iran–Israel serta keseimbangan politik di Timur Tengah berada di titik krusial.
What's Your Reaction?






