Ketegangan Terkini Konflik Iran-Israel dan Peran Amerika Serikat: Analisis dari Pak Ana Nurdin dan Sayid Idrus Alhamid
Konflik antara Iran dan Israel terus memanas meski ada gencatan senjata yang ditawarkan oleh Amerika Serikat. Pak Ana Nurdin dan Sayid Idrus Alhamid memberikan analisis mengenai dampak perang, peran drone, dan posisi internasional dalam situasi ini.

Kondisi terkini terkait konflik antara dua negara, Iran dan Israel, terus menarik perhatian dunia. Terutama dengan keterlibatan Amerika Serikat, yang meski cukup pasif, tetap mempengaruhi dinamika kawasan Timur Tengah. Dalam diskusi yang berlangsung di sebuah acara televisi, Pak Ana Nurdin, seorang analis politik Timur Tengah dan Direktur ANIBRA Center for Middle East Studies, memberikan penjelasan terkait gejatan senjata dan situasi yang berkembang.
Menurut Pak Ana, meskipun saat ini kedua negara tidak saling melakukan serangan langsung, ketegangan masih sangat terasa. Sayid Idrus Alhamid, kontributor yang berada langsung di Iran, melaporkan bahwa gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat, yang dimulai delapan hari lalu, membawa dampak signifikan. Di Iran, kehidupan masyarakat sudah kembali normal, meskipun bulan Muharram tengah berlangsung, yang menambah ketegangan karena banyak ritual keagamaan yang dilakukan di tengah situasi perang.
Namun, meski gencatan senjata telah tercapai, Iran menderita banyak korban jiwa. Menurut Sayid Idrus, serangan pertama kali justru datang dari drone yang diluncurkan dari dalam Iran, yang menyebabkan kerusakan besar di permukiman sipil. Serangan ini menghancurkan bangunan dan menelan hampir seribu korban jiwa.
Sayid juga mengungkapkan bahwa meskipun konflik ini menimbulkan banyak korban, masyarakat Iran tidak menunjukkan kekhawatiran yang signifikan. Bagi mereka, perang melawan Israel dianggap sebagai perjuangan melawan kebatilan, dan kematian dalam peperangan tersebut dianggap sebagai sebuah kesyahidan yang terhormat. Hal ini menunjukkan adanya keteguhan dan semangat perjuangan rakyat Iran, yang tidak takut dengan ancaman militer Israel.
Pak Ana menyoroti bahwa meskipun ideologi menjadi dasar perlawanan Iran terhadap Israel, ada juga peran kekuatan eksternal yang mempengaruhi kondisi internal Iran. Israel dan Amerika Serikat diyakini mencoba menggulingkan rezim Iran dengan memanfaatkan kekuatan internal, termasuk sisa-sisa rezim lama yang belum sepenuhnya hilang dari struktur negara Iran. Seperti yang dijelaskan, Israel berusaha mengidentifikasi dan menyusup ke dalam kekuatan militer Iran, termasuk dengan penggunaan drone yang telah disusupkan ke dalam wilayah negara tersebut.
Sementara itu, meski Iran memiliki teknologi dan kekuatan militer yang cukup besar, termasuk rudal yang dapat menjangkau pusat kota Israel, Pak Ana menjelaskan bahwa tujuan utama dari Israel adalah menggulingkan rezim Iran, khususnya Ayatollah Khamenei, dan menghentikan program nuklir Iran. Menurutnya, strategi ini mungkin lebih rumit daripada yang diperkirakan, karena dalam perang terakhir, meskipun peralatan pertahanan Israel seperti Iron Dome sangat canggih, rudal Iran yang tidak menggunakan GPS dari Amerika Serikat berhasil menembus pertahanan tersebut.
Ke depan, Pak Ana memprediksi bahwa ketegangan ini kemungkinan akan semakin membesar. Meski ada gencatan senjata sepihak, keadaan ini hanya bersifat sementara. Peran diplomasi negara-negara seperti Qatar menjadi sangat penting, mengingat mereka telah terlibat dalam upaya mediasi dan menghindari eskalasi lebih lanjut.
Dengan semua dinamika yang terjadi, ketegangan antara Iran dan Israel kemungkinan akan berlanjut, meski dengan bentuk yang berbeda. Sebagai kesimpulan, peran internasional, baik Amerika Serikat, Israel, maupun negara-negara seperti Qatar, akan sangat memengaruhi arah perkembangan konflik ini.
What's Your Reaction?






