KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali, 4 Tewas, 30 Masih Hilang
KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali pada 2 Juli 2025, menewaskan 4 orang dan 30 lainnya hilang. Basarnas kerahkan 9 kapal untuk pencarian. Baca kronologi, upaya SAR, dan respons pihak berwenang di sini.

Jakartai, 3 Juli 2025 - Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali pada Rabu malam (2/7/2025) sekitar pukul 23:35 WIB. Kapal yang berlayar dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali, mengangkut 65 orang, terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru, serta 22 kendaraan, termasuk 14 truk tronton.
Kejadian bermula saat kapal mengalami kebocoran di ruang mesin sekitar pukul 23:20 WIB, diikuti pemadaman listrik total (blackout) pada pukul 00:19 WITA. Kapal kemudian terbalik di koordinat -08°09.371' S, 114°25.1569' E, lalu hanyut ke arah selatan. Ombak setinggi 1,7-2,5 meter dan arus kuat diduga memperparah situasi, menyebabkan kapal tenggelam cepat.
Hingga pukul 18:00 WIB, Basarnas melaporkan 31 orang selamat, termasuk 4 kru dan 27 penumpang. Empat kru kantin kapal ditemukan meninggal dunia: Anang Suryono (59), Eko Sastriyo (51), Cahyani (45), dan Elok Rumantini (34). Sebanyak 30 orang masih dinyatakan hilang, dan upaya pencarian terus dilakukan.
Operasi Pencarian dan Penyelamatan
Basarnas mengerahkan sembilan kapal, termasuk dua kapal Basarnas, dua kapal KSOP, dua kapal milik PT Raputra Jaya, dua KRI TNI AL, dan satu kapal Polairud. "Kami kerahkan semua sumber daya untuk mencari korban. Pencarian terkendala cuaca buruk, ombak tinggi, dan jarak pandang terbatas akibat gelap," ujar Kepala Basarnas Surabaya, Muhammad Hariyadi, kepada wartawan di Pelabuhan Ketapang.
Tiga pos pemantau disiagakan di Pelabuhan Ketapang, Tanjungwangi, dan Boom untuk memantau perkembangan. Tim SAR juga menggunakan drone dan teknologi pencitraan untuk melacak jejak kapal dan korban di perairan selatan Selat Bali.
Kondisi Kapal Sebelum Kejadian
KMP Tunu Pratama Jaya, kapal Ro-Ro GT 734 buatan 2010, dinyatakan layak operasi oleh KSOP Tanjungwangi dengan surat kelaikan yang masih berlaku. Kapal ini memiliki panjang 63 meter, lebar 12 meter, dan draft 2,5 meter. "Kapal ini beroperasi normal sehari sebelumnya tanpa indikasi masalah teknis," kata Kepala KSOP Kelas II Tanjungwangi, Capt. Heru Susanto.
Namun, pengamat maritim DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa dari IKAL Strategic Center menyoroti kelemahan sistem keselamatan pelayaran nasional. "Inspeksi kapal sering kali tidak menyeluruh, dan pengikatan kendaraan di kapal Ro-Ro kerap tidak memadai, yang dapat mengganggu stabilitas kapal saat menghadapi cuaca buruk," tegasnya. Ia menyerukan reformasi tata kelola keselamatan pelayaran dan audit menyeluruh terhadap armada kapal penyeberangan.
Dukungan Pemerintah dan Pihak Terkait
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani memastikan dukungan penuh untuk korban dan keluarga. "Kami sediakan ambulans, ruang khusus di RSUD Blambangan, serta pendampingan psikologis untuk keluarga korban," katanya. Pemkab Banyuwangi juga menyiapkan logistik seperti makanan dan kebutuhan dasar di posko darurat.
Kementerian Perhubungan menyampaikan keprihatinan dan berkoordinasi dengan Basarnas serta otoritas pelabuhan untuk mendukung operasi SAR. PT ASDP Indonesia Ferry, yang mengelola operasional penyeberangan, memastikan pelayanan di Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk tetap normal. "Kami fokus mendukung evakuasi tanpa mengganggu jadwal penyeberangan lainnya," ujar Juru Bicara PT ASDP, Shelvy Arifin.
Cerita Korban Selamat
Eka Toniansyah, salah satu penumpang selamat, menceritakan kepanikan saat kapal mulai miring. "Penumpang berebut pelampung, dan kapal tiba-tiba gelap total. Saya berhasil naik sekoci bersama beberapa orang lain," ungkapnya. Ia diselamatkan oleh kapal penyelamat setelah beberapa jam di laut.
Dampak dan Penyelidikan
Tragedi ini menimbulkan pertanyaan tentang standar keselamatan kapal penyeberangan di Indonesia. KMP Tunu Pratama Jaya dioperasikan oleh PT Pasca Dana Sundari, yang mengelola beberapa kapal serupa di rute Selat Bali dan Sulawesi Tenggara. Penyebab pasti tenggelamnya kapal masih diselidiki oleh KNKT bersama otoritas maritim.
Masyarakat diminta mengikuti informasi resmi dari posko di Pelabuhan Ketapang atau Basarnas. Pencarian korban terus berlangsung, dengan harapan menemukan lebih banyak korban selamat. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Basarnas Surabaya atau KSOP Tanjungwangi.
What's Your Reaction?






