Penampakan Langka Kucing Merah Kalimantan Setelah 20 Tahun Absen di Taman Nasional Kayan Mentarang
Seekor kucing merah Kalimantan (Catopuma badia), spesies kucing liar endemik yang sangat langka, akhirnya terekam kamera pengintai di Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM), Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.

Jakarta, 5 Juni 2025 – Seekor kucing merah Kalimantan (Catopuma badia), spesies kucing liar endemik yang sangat langka, akhirnya terekam kamera pengintai di Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM), Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.
Penampakan ini menjadi momen bersejarah karena spesies yang terancam punah ini tidak terdeteksi selama hampir dua dekade. Penemuan ini diumumkan pada Senin, 2 Juni 2025, oleh organisasi konservasi Borneo Nature Foundation (BNF) Indonesia, yang telah lama memantau keberadaan satwa langka ini.
Kucing merah Kalimantan, yang dikenal dengan bulu cokelat kemerahan dan ekor panjang, merupakan salah satu spesies kucing liar paling misterius di dunia. Menurut Daftar Merah IUCN, spesies ini berstatus *Endangered* (Genting) sejak 2002, dengan populasi diperkirakan hanya sekitar 2.500 ekor pada 2007.
Habitatnya yang terbatas di hutan dataran rendah, rawa, dan perbukitan Kalimantan semakin terancam akibat deforestasi dan ekspansi perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu, penemuan ini menjadi secercah harapan bagi upaya konservasi.
Penampakan kucing merah ini adalah bukti bahwa upaya konservasi di TNKM membuahkan hasil. Kami sangat gembira, tetapi ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga habitat alami mereka,” ujar Susan Cheyne, Direktur Borneo Nature Foundation International, kepada *Mongabay Indonesia*.
Ia menambahkan bahwa meskipun timnya telah memasang kamera jebak selama 16 tahun di berbagai wilayah Kalimantan, termasuk Taman Nasional Sebangau, belum pernah ada rekaman kucing merah di lokasi tersebut.
Penemuan ini terjadi setelah tim BNF Indonesia, bekerja sama dengan peneliti lokal dan relawan, memasang 54 kamera jebak di 28 lokasi strategis di TNKM. Salah satu relawan, Mahmud, yang akrab disapa Muki, berperan besar dalam memantau kamera-kamera tersebut. “Saya tidak menyangka bisa melihat kucing merah langsung di rekaman. Ini seperti menemukan harta karun di hutan,” ujar Muki, relawan BNF dari Banjarmasin, dengan antusias.
Menurut Erwin Wilianto, anggota Save Indonesia Nature & Threatened Species (SINTAS) Indonesia, kucing merah memiliki perilaku yang mirip dengan kucing liar lainnya, tetapi informasi tentang ekologi dan biologinya masih sangat terbatas. “Tantangan terbesar adalah minimnya data. Penemuan ini membuka peluang untuk mempelajari lebih lanjut tentang spesies ini,” katanya. Ia juga menegaskan bahwa kawasan hutan primer, seperti di TNKM, adalah kunci kelangsungan hidup kucing merah, karena spesies ini tidak ditemukan di hutan gambut atau perkebunan kelapa sawit.
Penemuan ini juga menyoroti ancaman terhadap habitat kucing merah, terutama akibat industrialisasi dan pembangunan infrastruktur, seperti rencana pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur. Laporan dari Forest Watch Indonesia pada November 2022 memperingatkan bahwa sebagian besar kawasan hutan di lokasi ibu kota baru merupakan “hutan produksi,” yang rentan terhadap aktivitas deforestasi.
Pemerintah setempat dan organisasi konservasi kini didesak untuk memperkuat perlindungan terhadap Taman Nasional Kayan Mentarang dan kawasan hutan lainnya di Kalimantan. “Kucing merah adalah simbol kekayaan biodiversitas Kalimantan. Jika kita tidak bertindak cepat, kita bisa kehilangan mereka selamanya,” tutur seorang aktivis lingkungan lokal, Budi Santoso, di Malinau.
Penemuan ini telah memicu antusiasme di media sosial, dengan banyak warganet menyambut gembira kembalinya kucing merah. Sebuah unggahan di platform X menyebutkan, “Kucing merah Kalimantan masih ada! Ini menandakan pentingnya konservasi keanekaragaman hayati di TNKM.”
BNF Indonesia berencana melanjutkan pemantauan dan penelitian untuk memastikan keberadaan populasi kucing merah di wilayah lain. Masyarakat diajak untuk mendukung upaya konservasi dengan menjaga kelestarian hutan dan melaporkan penampakan satwa langka kepada pihak berwenang. Penemuan ini menjadi pengingat bahwa di tengah ancaman kepunahan, masih ada harapan untuk menyelamatkan salah satu satwa paling misterius di Kalimantan.
What's Your Reaction?






