Raja Ampat Terancam: Tambang Nikel Mengusik Surga Bahari Indonesia

Raja Ampat, yang dikenal sebagai salah satu destinasi bahari terkaya di dunia, kini berada di ambang ancaman serius akibat ekspansi pertambangan nikel. Berdasarkan laporan terbaru, konsesi tambang nikel di Pulau Gag dan Kawe telah memicu keresahan warga setempat.

Jun 5, 2025 - 11:50
Jun 5, 2025 - 10:48
 0
Raja Ampat Terancam: Tambang Nikel Mengusik Surga Bahari Indonesia

Jakarta, 5 Juni 2025 – Raja Ampat, yang dikenal sebagai salah satu destinasi bahari terkaya di dunia, kini berada di ambang ancaman serius akibat ekspansi pertambangan nikel. Berdasarkan laporan terbaru, konsesi tambang nikel di Pulau Gag dan Kawe telah memicu keresahan warga setempat.

Aktivitas ini dinilai mengancam ekosistem laut yang menjadi kebanggaan Indonesia, sekaligus mata pencaharian masyarakat lokal yang bergantung pada pariwisata dan perikanan berkelanjutan.

Menurut laporan dari Indo Ocean Project pada Desember 2024, Raja Ampat tengah menghadapi peristiwa pemutihan karang (coral bleaching) akibat gelombang panas laut yang diperparah oleh perubahan iklim dan kondisi El Niño.

Situasi ini kini diperburuk dengan rencana pertambangan nikel yang dapat merusak ekosistem karang yang telah terdeteksi mengalami kerusakan di beberapa titik. “Kami melihat pemutihan karang dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Jika tambang nikel ini beroperasi, kerusakan ekosistem bisa menjadi tak terkendali,” ujar perwakilan Indo Ocean Foundation dalam laporannya.

Warga Pulau Gag, salah satu pulau di gugusan Raja Ampat, menyampaikan keprihatinan mereka. “Dulu pulau ini tenang, penuh kehidupan. Sekarang, perusahaan tambang mengambil alih tanah kami. Kami takut laut dan hutan kami hancur,” ujar Yohanes Mambrasar, seorang nelayan setempat, kepada media lokal.

Keresahan serupa juga disuarakan di media sosial, dengan tagar #SaveRajaAmpat menjadi sorotan publik. Seorang pengguna X menulis, “Raja Ampat adalah surga alam. Mengapa kita biarkan dirusak demi keuntungan sesaat?”

Indonesian Hotel and Restaurant Association (PHRI) turut menyuarakan kekhawatiran atas dampak pertambangan terhadap industri pariwisata.

“Raja Ampat adalah destinasi super prioritas di jantung Segitiga Karang dunia. Aktivitas tambang nikel berisiko merusak reputasi Indonesia sebagai tujuan wisata bahari,” kata perwakilan PHRI dalam pernyataannya kepada The Star pada November 2024.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah diminta untuk mengevaluasi izin pertambangan di wilayah konservasi ini. Namun, hingga kini, belum ada pernyataan resmi terkait langkah konkret untuk menghentikan ekspansi tambang tersebut. Sementara itu, aktivis lingkungan terus mendesak pemerintah untuk memprioritaskan pelestarian Raja Ampat, yang memiliki lebih dari 1.600 spesies ikan dan 75% spesies karang dunia.

Di sisi lain, PT Aneka Tambang (Antam), perusahaan yang terlibat dalam proyek ini melalui kemitraan dengan Eternal Tshingshan Group, menyatakan bahwa mereka berkomitmen pada praktik pertambangan berkelanjutan. Namun, pernyataan ini menuai skeptisisme dari komunitas lokal dan aktivis.

“Kami tidak butuh janji. Kami butuh laut dan hutan kami tetap utuh,” tegas seorang aktivis lingkungan di Raja Ampat dalam aksi protes baru-baru ini.

Raja Ampat, yang sering dijuluki “surga terakhir di Bumi,” kini berada di persimpangan jalan. Tanpa intervensi segera, warisan biodiversitas laut yang tak ternilai ini terancam hilang selamanya. Pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat diminta bersatu untuk menyelamatkan Raja Ampat dari ancaman pertambangan dan perubahan lingkungan yang kian nyata.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0