Refleksi Spiritual Malam Satu Suro, Disambut Tradisi dan Isu Kesehatan

Malam Satu Suro 2025 yang jatuh pada 26 Juni dirayakan dengan tradisi spiritual di Jawa, diwarnai fenomena sosial dan pantangan sakral.

Jun 25, 2025 - 10:20
Jun 25, 2025 - 10:24
 0
Refleksi Spiritual Malam Satu Suro, Disambut Tradisi dan Isu Kesehatan
Tradisi Satu Suro di Tengah Sorotan Media Sosial dan Budaya Jawa

Malam Satu Suro, momen sakral dalam budaya Jawa yang menandai awal bulan Suro dalam kalender Jawa-Islam, akan diperingati besok, 26 Juni 2025, setelah magrib. Bertepatan dengan 1 Muharram 1447 H, malam ini diyakini sebagai waktu suci yang penuh energi spiritual dan mistik, serta dirayakan dengan berbagai tradisi khidmat di berbagai daerah, terutama Yogyakarta dan Surakarta.

Di Yogyakarta, tradisi Mubeng Beteng akan kembali digelar. Ribuan warga akan berjalan mengelilingi Benteng Vredeburg dalam keheningan sebagai bentuk refleksi dan doa.

Sementara itu, Surakarta menggelar Kirab Kebo Bule Kyai Slamet, menampilkan kerbau pusaka Keraton yang diarak secara khusyuk sebagai simbol keselamatan dan kesucian. “Tradisi ini mengajarkan kami untuk selalu rendah hati,” ujar Suparno, warga Solo yang rutin mengikuti kirab.

Budayawan Tunjung W. Sutirto menjelaskan bahwa tradisi Satu Suro berasal dari masa Sultan Agung abad ke-17, saat penanggalan Jawa disatukan dengan kalender Hijriah. “Ini simbol harmoni antara nilai Islam dan budaya lokal,” katanya. Satu Suro juga diyakini sebagai malam ketika “gerbang gaib” terbuka, mendorong banyak masyarakat melakukan tirakat, menyepi, atau menghindari aktivitas duniawi.

Di desa-desa, sarasehan tetap hidup. Warga berkumpul untuk berdoa bersama dan berdiskusi tentang masa depan desa. “Kami berdoa agar desa kami dijauhkan dari bencana,” kata Siti Aminah dari Magelang. Tradisi ini memperkuat persaudaraan dan semangat gotong royong.

Baca Juga: Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, Dunia Hadapi Ancaman Krisis Energi

Namun, tahun ini muncul fenomena unik: media sosial dipenuhi cerita orang merasa lemas, demam, atau tidak enak badan menjelang malam Satu Suro. “Apakah ini karena energi malam keramat?” tanya akun @JawaMistis di X. Tokoh adat seperti Ki Ageng Suryo menilai ini sebagai bentuk kepekaan spiritual. “Mungkin pertanda agar kita lebih banyak berdoa,” ujarnya.

Peringatan Satu Suro juga diwarnai pantangan yang masih dipegang masyarakat, seperti larangan berpesta, bepergian malam, atau memulai sesuatu yang besar. Jawa Pos menyebut ada tujuh larangan utama yang dipercaya bisa menjaga keselamatan. Weton tertentu seperti Tulang Wangi bahkan diminta ekstra waspada karena dianggap lebih rentan terhadap gangguan nonfisik.

Pemerintah daerah sudah bersiap. Di Surakarta, ratusan personel dikerahkan untuk mengamankan jalannya kirab. Selain itu, acara seni dan sarasehan kebangsaan juga digelar untuk memperkuat nilai persatuan dan harmoni, menjadikan Satu Suro tak hanya sebagai warisan budaya, tapi juga momentum membangun kesadaran kolektif di tengah era modern.

Malam Satu Suro 2025 menjadi pengingat bahwa spiritualitas dan budaya bisa berjalan seiring, membentuk jembatan antara masa lalu dan masa kini. “Malam ini bukan untuk hura-hura, tapi untuk jiwa-jiwa yang mencari kedamaian,” tulis akun @biscuitchizuuu, merangkum makna mendalam peringatan ini.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0