Warga Gaza Terjebak dalam Krisis Kemanusiaan: Blokade, Kelaparan, dan Agresi Militer Israel Terus Berlanjut
Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza memburuk akibat blokade total dan agresi militer Israel. Warga Palestina menderita kelaparan, minim layanan kesehatan, dan akses bantuan yang terputus.

Krisis kemanusiaan yang melanda Palestina, khususnya di Jalur Gaza, semakin parah seiring agresi militer Israel yang terus meningkat dan blokade total yang diberlakukan sejak 2 Maret 2025. Akses bantuan kemanusiaan kini sepenuhnya terhenti. Tidak ada lagi pasokan air bersih, bahan makanan, maupun layanan kesehatan yang tersedia secara layak. Warga Gaza, yang terkurung di tanah mereka sendiri, hidup dalam kondisi yang menyerupai penyanderaan—terperangkap tanpa harapan, hanya menunggu waktu.
Agresi terbaru Israel telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa dalam jumlah yang terus bertambah. Setelah wilayah Deir al-Balah digempur dari udara, tank-tank tempur Israel dilaporkan memasuki wilayah padat pengungsi, menewaskan sedikitnya tiga orang. Serangan lainnya menyasar tenda-tenda pengungsian di Sati, yang terletak di tepi pantai kota Gaza bagian barat, memperparah penderitaan warga sipil yang telah kehilangan tempat tinggal.
Konflik yang terus bereskalasi ini berdampak langsung pada kehidupan ribuan warga Gaza yang kini tinggal di tenda-tenda darurat dan sepenuhnya menggantungkan hidup pada dapur umum atau dapur amal. Di tengah kelangkaan makanan, krisis kelaparan dan malnutrisi telah menjadi kenyataan yang menyedihkan. Anak-anak hingga orang dewasa bertarung untuk sekadar bertahan hidup, dengan banyak di antaranya mengalami kekurangan gizi serius. Beberapa warga bahkan meninggal karena kelaparan.
Warga yang putus asa kerap berbondong-bondong menyerbu lokasi distribusi makanan, berharap bisa mendapatkan bantuan meski peluangnya sangat kecil. Tak jarang mereka harus pulang dengan tangan kosong setelah menunggu berjam-jam. Situasi ini kerap memicu keributan dan dorong-dorongan di antara mereka, dipicu oleh keputusasaan dan rasa lapar yang tak tertahankan.
Di tengah penderitaan itu, secercah kebahagiaan sempat terekam dalam momen sederhana—seorang pemuda Palestina tersenyum lebar setelah berhasil membawa pulang sekarung tepung dengan selamat. Momen tersebut menjadi simbol ketahanan dan perjuangan hidup warga Gaza yang terus bertahan meski dilanda krisis dan kekerasan tiada henti. Bantuan makanan tetap menjadi harapan utama mereka, dan setiap titik distribusi selalu dipadati warga yang berharap sekadar mendapat bahan makanan untuk keluarganya.
What's Your Reaction?






