Desertir Marinir TNI AL Bergabung dengan Militer Rusia di Perang Ukraina, Atasan Konfirmasi Pemecatan
Mantan Marinir TNI AL, Serda Satria Arta Kumbara, viral usai bergabung dengan militer Rusia di Ukraina. Dipecat karena desersi, ia klaim sebagai tentara organik, bukan bayaran. Ketahui fakta, respons netizen, dan isu tentara bayaran Rusia.

Jakarta, 10 Mei 2025 – Sebuah video viral di media sosial menghebohkan publik dengan menampilkan Serda Satria Arta Kumbara, mantan prajurit Marinir TNI AL, yang mengaku bergabung dengan Angkatan Darat Rusia untuk bertempur di Ukraina. Satria, yang dikenal dengan nama "Sean" di media sosial, telah dipecat dari TNI AL sejak April 2023 karena desersi.
Video yang awalnya diunggah melalui akun TikTok @zstorm689, kini tidak aktif, memicu perbincangan luas di kalangan netizen, mulai dari kekecewaan hingga kekhawatiran akan dampak hukum dan diplomatik.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal), Laksma I Made Wira Hady Arsanta, membenarkan bahwa Satria, dengan Nomor Registrasi Pokok (NRP) 111026, adalah mantan anggota Inspektorat Korps Marinir (Itkormar). Ia dinyatakan desersi sejak 13 Juni 2022 dan telah disidang in absentia oleh Pengadilan Militer II-08 Jakarta.
"Satria dipecat tidak dengan hormat dan dijatuhi hukuman penjara satu tahun," ujar Wira pada Jumat (9/5/2025). Belum ada informasi resmi apakah Satria telah menjalani hukuman tersebut.
Dalam video yang beredar, Satria tampak mengenakan seragam militer Rusia dan menegaskan bahwa dirinya bukan tentara bayaran, melainkan "tentara organik" Rusia.
Pernyataannya ini memunculkan spekulasi tentang proses rekrutmen dan motivasi di balik keputusannya, terutama mengingat ia sebelumnya sempat berpose dengan seragam Marinir TNI AL di Markas Komando Pendidikan Marinir (Kodikmar) Surabaya sebelum desersi.
Keterlibatan Satria dengan militer Rusia menyoroti isu kompleks tentang tentara bayaran dan rekrutan asing dalam konflik Ukraina.
Rusia telah lama merekrut warga asing melalui unit seperti Brigade Internasional atau kelompok tentara bayaran, termasuk Wagner Group yang kini terintegrasi dengan Kementerian Pertahanan Rusia pasca-pemberontakan pada 2023.
Menurut laporan BBC (2023), rekrutan asing sering diimingi gaji tinggi, berkisar antara $2.000 hingga $5.000 per bulan, untuk bertugas di garis depan.
Namun, kelompok seperti Wagner telah dikaitkan dengan tindakan kejam, termasuk eksekusi di luar hukum dan penargetan warga sipil, sebagaimana didokumentasikan oleh Human Rights Watch (2022).
Laporan tersebut menyebutkan bahwa operasi Wagner di Ukraina, khususnya di Bucha, meninggalkan jejak pelanggaran hak asasi manusia berat, meskipun Rusia membantah tuduhan ini.
Artikel Terkait: Jeda Ijab Qobul Akad Nikah Luna Maya Jadi Sorotan, Ini Sebabnya
Satria mengklaim sebagai tentara resmi, tetapi statusnya belum diverifikasi oleh otoritas independen, dan keterlibatannya dalam unit tertentu masih tidak jelas.
Kasus ini memicu reaksi beragam di media sosial. Banyak netizen menyatakan kekecewaan, menyebut tindakan Satria sebagai pengkhianatan terhadap negara, dengan salah satu unggahan di X berbunyi,
"Dulu bersumpah untuk NKRI, sekarang malah bela asing." Sebagian lain berspekulasi tentang motif finansial atau ideologis, meskipun tidak ada bukti yang mendukung.
Kekhawatiran tentang keamanan nasional juga muncul, dengan beberapa pengguna mempertanyakan pengawasan terhadap mantan prajurit. Tidak ada laporan kredibel tentang mantan prajurit TNI lain yang bergabung dengan militer asing, meskipun Rusia pernah mengklaim pada 2024 bahwa 10 WNI menjadi tentara bayaran di Ukraina, klaim yang dibantah oleh Kementerian Luar Negeri RI.
TNI AL menegaskan bahwa Satria tidak lagi memiliki afiliasi dengan institusi mereka, dan pemerintah belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait langkah hukum lebih lanjut.
Keterlibatan warga negara Indonesia dalam konflik asing tanpa izin berpotensi melanggar hukum nasional dan memicu masalah diplomatik, terutama mengingat posisi netral Indonesia dalam konflik Rusia-Ukraina.
Kasus ini menjadi pengingat akan tantangan pengawasan terhadap mantan prajurit terlatih dan kompleksitas keterlibatan asing dalam konflik modern.
What's Your Reaction?






