Fenomena Kemarau Basah Melanda Indonesia hingga Agustus 2025, BMKG Imbau Masyarakat Waspada

May 23, 2025 - 15:55
May 23, 2025 - 15:56
 0
Fenomena Kemarau Basah Melanda Indonesia hingga Agustus 2025, BMKG Imbau Masyarakat Waspada
Fenomena Kemarau Basah Melanda Indonesia hingga Agustus 2025

Jakarta, Alltodays.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa fenomena kemarau basah tengah melanda sejumlah wilayah di Indonesia dan diprediksi akan berlangsung hingga Agustus 2025.

Meskipun Indonesia telah memasuki musim kemarau sejak April lalu, hujan dengan intensitas cukup tinggi masih terjadi di berbagai daerah, terutama di wilayah dengan pola hujan monsunal seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Fenomena ini, menurut BMKG, dipicu oleh kombinasi dinamika atmosfer dan perubahan iklim yang menyebabkan pola cuaca tidak stabil.

Kemarau basah, sebagaimana dijelaskan oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, adalah kondisi ketika curah hujan tetap tinggi meski musim kemarau telah tiba.

“Fenomena ini tidak biasa dan disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk sirkulasi siklonik di sekitar wilayah Indonesia, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer seperti Kelvin dan Rossby Ekuator,” ujar Guswanto dalam keterangannya kepada Kompas.com, Rabu (14/5/2025).

Ia menambahkan bahwa suhu muka laut yang lebih hangat dari normal di perairan Indonesia juga berkontribusi pada pembentukan awan hujan, sehingga curah hujan bisa mencapai lebih dari 100 milimeter per bulan, jauh di atas rata-rata musim kemarau yang biasanya di bawah 50 milimeter.

Berita Terkait: Banjir Bandang dan Longsor di Pegunungan Arfak: 15 Korban Tewas, Pencarian Masih Berlanjut

Berdasarkan analisis BMKG, sebanyak 185 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 26% wilayah Indonesia, termasuk sebagian kecil Aceh, Lampung, Jawa bagian barat hingga tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), serta sebagian Sulawesi dan Papua bagian tengah, diprediksi mengalami kemarau basah.

Sementara itu, 60% wilayah lain akan mengalami kemarau normal, dan 14% wilayah, seperti Sumatera bagian utara dan Papua bagian selatan, diprediksi lebih kering dari biasanya.

“Puncak kemarau diperkirakan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025, dengan durasi kemarau yang lebih pendek di sebagian besar wilayah, yaitu sekitar 3 hingga 21 dasarian,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (13/3/2025).

Fenomena ini membawa dampak signifikan bagi berbagai sektor, terutama pertanian. Petani di wilayah seperti Jawa Tengah menghadapi tantangan dalam menentukan waktu tanam akibat cuaca yang tidak menentu.

“Biasanya kami mulai tanam padi saat kemarau, tapi sekarang hujan terus. Takutnya tanaman rusak atau kena hama,” ujar Sukardi, seorang petani di Klaten, Jawa Tengah.

Di sisi lain, kemarau basah juga meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir lokal dan tanah longsor, terutama di daerah dengan drainase buruk atau kontur tanah labil.

Media lokal seperti KompasTV melaporkan bahwa kemarau basah ini dapat mengganggu pola tanam dan panen, sehingga BMKG menyarankan petani untuk menyesuaikan jadwal tanam dan memilih varietas tanaman yang tahan terhadap kondisi lembap.

Selain itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem, menggunakan pelindung seperti payung atau tabir surya, serta memantau informasi cuaca harian melalui situs resmi bmkg.go.id atau aplikasi InfoBMKG.

Setelah Agustus 2025, Indonesia diperkirakan akan memasuki masa pancaroba pada September hingga November, sebelum musim hujan tiba pada Desember 2025 hingga Februari 2026.

BMKG menegaskan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah untuk memitigasi dampak cuaca yang tidak menentu ini. “Kami harap informasi ini dapat menjadi panduan bagi semua pihak untuk merancang strategi adaptif,” tutup Dwikorita.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0