Sebut RUU Trump Sebagai 'Kekejian Menjijikkan', Kemarahan Elon Musk Meledak
Elon Musk mengundurkan diri dari pemerintahan Trump dan mengkritik keras RUU belanja yang disebutnya "kekejian menjijikkan." Baca detail konflik, pernyataan pedas Musk, tanggapan Trump, dan reaksi publik di X dalam berita terbaru ini.

Jakarta, 4 Juni 2025 - Elon Musk, sosok di balik kesuksesan Tesla dan SpaceX, mengguncang pemerintahan Donald Trump dengan pengunduran dirinya yang tiba-tiba dari posisi kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE).
Langkah ini terjadi pada Jumat, 30 Mei 2025, hanya beberapa bulan setelah ia bergabung dengan pemerintahan Trump. Kemarahannya terhadap RUU belanja yang diusulkan Trump, yang ia ungkapkan melalui platform X, menjadi sorotan utama, memicu spekulasi tentang retaknya hubungan dua tokoh berpengaruh ini.
Pengunduran diri Musk bukan sekadar isu personal, melainkan sinyal perpecahan ideologis yang lebih besar. Sebagai figur yang dikenal vokal, Musk menggunakan platform X untuk meluapkan kekecewaannya, menarik perhatian media global dan publik.
Peristiwa ini tidak hanya mengguncang dinamika politik AS, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang masa depan agenda efisiensi pemerintahan yang pernah digaungkan Musk.
RUU yang Jadi Biang Kerok Kemarahan Musk
RUU belanja yang diusulkan oleh pemerintahan Trump menjadi pusat badai kontroversi ini. Dijuluki oleh Trump sebagai “besar dan indah,” RUU ini menjanjikan pemotongan pajak besar-besaran untuk keluarga berpenghasilan rendah dan menengah, namun Musk melihatnya sebagai bencana fiskal. Menurutnya, alokasi dana dalam RUU ini tidak hanya boros tetapi juga memperburuk defisit anggaran AS, yang sudah berada dalam kondisi kritis.
Kritik Musk berfokus pada ketidakefisienan RUU tersebut, yang ia anggap bertentangan dengan prinsip pengelolaan pemerintahan yang rasional. Ia menyoroti bahwa dana-dana yang diusulkan tidak memiliki justifikasi yang jelas, berpotensi membebani ekonomi AS dalam jangka panjang. Reaksi kerasnya ini mencerminkan komitmennya terhadap visi DOGE, yang bertujuan memangkas pemborosan dan meningkatkan efisiensi.
“RUU ini adalah kekejian yang menjijikkan,” tulis Musk di X, menegaskan pandangannya yang tanpa kompromi.
Dari Sekutu Menjadi Lawan
Hubungan antara Elon Musk dan Donald Trump dulunya erat, ditandai dengan dukungan finansial besar-besaran dari Musk untuk kampanye Trump pada pemilu 2024. Sebagai donor utama, Musk membantu mengamankan kemenangan Trump, menjadikan aliansi mereka sebagai salah satu cerita politik yang menonjol. Namun, RUU belanja ini mengubah dinamika tersebut, membawa keduanya ke titik konflik yang tak terduga.
Perpecahan ini mengejutkan banyak pengamat, mengingat Musk sebelumnya tampak sejalan dengan visi Trump untuk “membuat Amerika hebat lagi.” Pengunduran dirinya menunjukkan bahwa Musk tidak bersedia berkompromi dengan kebijakan yang ia anggap merusak, bahkan jika itu berarti memutuskan hubungan dengan sekutu politiknya. Peristiwa ini juga menandakan bahwa Musk lebih memprioritaskan prinsip efisiensi daripada loyalitas politik.
Pernyataan Pedas Musk
Kemarahan Musk terhadap RUU Trump tidak hanya disampaikan dengan nada tegas, tetapi juga dengan kata-kata yang tajam dan provokatif. Ia menggunakan platform X untuk menyampaikan pandangannya secara langsung kepada jutaan pengikutnya, memastikan pesannya didengar luas. Kritiknya tidak hanya menargetkan RUU, tetapi juga menyoroti kegagalan pemerintahan dalam menjalankan pengelolaan anggaran yang bertanggung jawab.
Dampak dari pernyataan Musk langsung terasa, dengan unggahannya menjadi viral dan memicu diskusi sengit di kalangan pengguna X. Ia menegaskan bahwa fokusnya sebagai kepala DOGE adalah melindungi kepentingan rakyat Amerika, dan RUU ini dianggapnya sebagai penghianatan terhadap tujuan tersebut.
“RUU ini penuh dengan omong kosong dan akan menghancurkan stabilitas fiskal negara,” tegas Musk dalam salah satu unggahannya di X.
Tanggapan Trump
Donald Trump, yang dikenal dengan gaya komunikasinya yang penuh percaya diri, tidak tinggal diam menghadapi kritik Musk. Ia membela RUU belanja tersebut, menegaskan bahwa kebijakan ini dirancang untuk memberikan manfaat langsung bagi rakyat Amerika. Fokus utama Trump adalah pemotongan pajak yang ia klaim akan meringankan beban keluarga berpenghasilan rendah dan menengah.
Namun, pembelaan Trump tidak berhasil meredakan kemarahan Musk. Meski Trump mengakui ada bagian dari RUU yang kurang disukainya, ia tetap optimistis bahwa kebijakan ini akan menjadi langkah besar menuju kemakmuran. Kontradiksi antara visi Trump dan Musk ini memperjelas perbedaan mendasar dalam pendekatan mereka terhadap kebijakan publik.
“RUU ini indah, memberikan keringanan pajak besar untuk keluarga Amerika,” kata Trump dalam pernyataan resminya.
Alasan Musk Keluar dari DOGE Menurut Sang Ayah
Errol Musk, ayah Elon, memberikan sudut pandang yang lebih personal tentang keputusan anaknya untuk mundur dari pemerintahan. Dalam sebuah wawancara, ia mengungkapkan bahwa Elon merasa kecewa dengan pendekatan Trump yang dianggapnya tidak rasional. Menurut Errol, Elon selalu mendasarkan keputusannya pada logika dan efisiensi, dan RUU ini dianggapnya sebagai langkah yang tidak dapat diterima.
Pernyataan Errol menambah dimensi emosional pada konflik ini, menunjukkan bahwa keputusan Elon bukan hanya soal politik, tetapi juga soal prinsip pribadi. Ia menggambarkan anaknya sebagai seseorang yang tidak bisa bekerja dalam sistem yang mengabaikan akal sehat, sebuah nilai yang telah lama menjadi ciri khas Elon.
“Elon tidak bisa bekerja dalam sistem yang mengabaikan akal sehat,” ungkap Errol Musk dalam wawancara dengan media lokal.
Reaksi Publik di X
Pengunduran diri Musk dan kritiknya terhadap Trump memicu gelombang reaksi di platform X, tempat ia memiliki pengaruh besar. Banyak pengguna memuji keberanian Musk untuk menentang Trump, melihatnya sebagai tindakan berprinsip dari seorang visioner. Seorang pengguna menulis bahwa langkah ini menunjukkan Musk “akhirnya melihat sifat sejati” Trump, mencerminkan sentimen kekecewaan di kalangan pendukungnya.
Namun, tidak semua reaksi mendukung Musk. Beberapa pengguna menilai pengunduran dirinya sebagai tindakan impulsif yang dapat melemahkan agenda reformasi pemerintahan. Diskusi ini menunjukkan betapa polarisasinya isu ini, dengan X menjadi panggung utama untuk perdebatan publik tentang konflik Musk-Trump.
“Musk akhirnya melihat sifat licik Trump—ini langkah besar!” tulis seorang pengguna X secara anonim.
Peta Politik AS Bakal Berubah?
Perpecahan antara Elon Musk dan Donald Trump memiliki potensi untuk mengubah lanskap politik AS. Dengan pengaruh Musk sebagai pemilik X dan figur teknologi global, kritiknya dapat memengaruhi opini publik, terutama di kalangan pengikutnya yang loyal. Di sisi lain, Trump harus menghadapi tantangan untuk menjaga legitimasi kebijakannya di tengah kritik dari mantan sekutunya.
Pertanyaan besar kini adalah bagaimana Musk akan menggunakan platformnya untuk memengaruhi wacana publik ke depan, dan apakah Trump dapat meredakan dampak dari perpecahan ini. Yang pasti, dunia politik dan teknologi kini menanti langkah berikutnya dari kedua tokoh ini. Ikuti perkembangan berita ini untuk informasi terbaru.
What's Your Reaction?






