Ancaman Perang Nuklir dalam Konflik India-Pakistan

Konflik antara India-Pakiskan yang tidak kunjung reda, memunculkan kekhawatiran baru, yaitu perang nuklir. Pasalnya, kedua negara tersebut punya proyek pengembangan senjata nuklir sendir-sendiri. Akankan konflik meluas?

May 8, 2025 - 13:45
 0
Ancaman Perang Nuklir dalam Konflik India-Pakistan

Jakarta. Konflik antara India dan Pakistan memasuki babak baru yang mengkhawatirkan setelah serangan India pada 7 Mei 2025 di wilayah Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan. Eskalasi ini, yang dipicu oleh serangan teroris di Pahalgam, Kashmir pada 22 April 2025 yang menewaskan 26 orang, kini memunculkan ancaman perang nuklir di Asia. Kedua negara, yang sama-sama memiliki senjata nuklir, telah meningkatkan retorika perang, sehingga memicu kekhawatiran global.

India melancarkan serangan yang dinamakan Operasi Sindoor sebagai respons atas serangan teroris yang mereka tuduh didalangi oleh kelompok di Pakistan. Serangan ini menargetkan sembilan kamp teroris, termasuk markas Jaish-e-Mohammad di Bahawalpur dan Lashkar-e-Taiba di Muridke. Namun, Pakistan menyebut serangan tersebut sebagai "tindakan perang nyata". Menurut laporan India Today, serangan India telah menewaskan 31 orang dan melukai 46 lainnya, meskipun India mengklaim operasi mereka "terfokus, terukur, dan tidak eskalatoris" serta tidak menargetkan fasilitas militer Pakistan.

Pagi ini, sebuah ledakan terdengar di kota Lahore, Pakistan timur, sebagaimana dilaporkan oleh Geo TV dan saksi mata. 
"Saya mendengar suara keras sekitar pukul 07:00 pagi, jendela rumah bergetar, dan semua orang panik," ujar seorang warga Lahore, Ahmad Raza, kepada Reuters. Pakistan telah bersumpah untuk membalas, dengan Menteri Pertahanan Pakistan memperingatkan bahwa serangan India "tidak akan dibiarkan tanpa jawaban," seperti dikutip dari The Telegraph.

Ancaman Perang Nuklir dan Dampak Global

Ketegangan ini sangat mengkhawatirkan karena India dan Pakistan sama-sama memiliki senjata nuklir. India memiliki rudal Agni-V dengan jangkauan hingga 8.000 km, sementara Pakistan memiliki rudal Shaheen-III yang dapat menjangkau 2.750 km. 
Sebuah studi yang dikutip Sindonews memprediksi bahwa perang nuklir antara kedua negara dapat menewaskan 125 juta orang dalam beberapa hari akibat ledakan dan radiasi, serta memicu kelaparan global karena gangguan iklim. Bahkan, skenario pertukaran nuklir kecil sekalipun dapat membunuh hingga 20 juta orang dalam hitungan hari, sebagaimana dianalisis oleh The Conversation.

Pakistan juga telah menguji rudal balistik pada 4 Mei 2025, yang dapat membawa hulu ledak nuklir, sebagai tanda kesiapan militer mereka. 
"Kami berada dalam status siaga tinggi, tetapi senjata nuklir hanya akan digunakan jika ada ancaman langsung terhadap eksistensi kami," kata Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, kepada Reuters. Sementara itu, India telah melakukan latihan darurat di lebih dari 200 kota, termasuk simulasi serangan nuklir, seperti dilaporkan The Economic Times.

Respons Internasional

Dunia internasional bergerak cepat untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Amerika Serikat, melalui Presiden Donald Trump, menawarkan mediasi dengan menyatakan, "Saya harap konflik antara Pakistan dan India segera berakhir," seperti dikutip The Independent. China, yang menyatakan penyesalan atas tindakan militer India, dan Turki, yang meminta kedua negara bertindak dengan "akal sehat," turut mendesak deeskalasi. 
India telah berkomunikasi dengan sejumlah negara, termasuk AS, Inggris, Rusia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, untuk menjelaskan langkah-langkah mereka, menurut The Hindu. Di sisi lain, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif telah bertemu dengan utusan China, Arab Saudi, dan UEA untuk mencari dukungan, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.

Akankah Konflik Meluas?

Potensi konflik ini meluas sangat bergantung pada dinamika dukungan dari negara-negara besar. India mendapat dukungan dari AS, yang melalui Menteri Pertahanan Pete Hegseth menyatakan "dukungan kuat" kepada India, serta Rusia, yang memiliki hubungan militer erat dengan New Delhi. 
Sementara itu, Pakistan didukung oleh China, sekutu strategisnya, serta Arab Saudi dan Turki, yang memiliki kedekatan historis dengan Islamabad. CNBC Indonesia bahkan berspekulasi bahwa ketiga negara ini dapat menjadi sekutu Pakistan dalam konflik melawan India, meskipun belum ada komitmen resmi.

Namun, keterlibatan negara-negara besar ini juga dapat menjadi pedang bermata dua. Dukungan militer atau diplomatik dari AS dan Rusia untuk India, atau dari China untuk Pakistan, berisiko memperluas konflik menjadi perang proksi yang lebih besar di Asia. Di sisi lain, tekanan diplomatik dari negara-negara seperti Jepang, yang meminta dialog, dan Belarus, yang menyerukan gencatan senjata, mungkin dapat meredam eskalasi.
Hingga kini, belum ada indikasi kuat bahwa konflik akan meluas di luar India dan Pakistan, tetapi risiko tersebut tetap ada jika kedua belah pihak gagal menahan diri. Dengan ancaman nuklir yang membayangi, dunia kini menahan napas menyaksikan langkah selanjutnya dari kedua negara.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0